ChanelMuslim.com – Ratusan pengunjuk rasa Muslim Ceuta di daerah kantong Afrika Spanyol turun ke jalan pada hari Senin, menyerukan pemerintah wilayah itu untuk membatalkan jam malam selama Ramadan.
Baca juga: Muslim Spanyol Masih Kesulitan Dapatkan Pendidikan Islam
“Kami ingin tahu mengapa jam malam diubah menjadi jam 10 malam selama Ramadan tetapi tidak selama Natal,” kata pengunjuk rasa Nordin Mohamed Laghmich kepada harian lokal El Faro de Ceuta.
Selama Natal dan Tahun Baru, pemerintah Spanyol mengizinkan pemerintah daerah untuk memperpanjang jam malam hingga pukul 1:30 pagi.
Baca juga: Jam Malam Diperpanjang di Enam Distrik Madinah
Pada hari Ahad lalu, hanya dua hari sebelum Ramadan dimulai, pemerintah Ceuta memindahkan jam malam setempat dari jam 11 malam sampai jam 10 malam sebagai tanggapan terhadap infeksi virus corona yang melonjak.
Meskipun Ceuta memiliki tingkat infeksi tertinggi kedua di negara itu, para pengunjuk rasa mengatakan langkah tersebut menghalangi “doa yang bermartabat”.
Sekitar 43% dari 85.000 penduduk di Ceuta adalah Muslim, menurut survei demografis 2019 oleh Persatuan Komunitas Islam di Spanyol.
Para pengunjuk rasa memenuhi sekitar 200 kendaraan yang mereka kendarai di sekitar wilayah kecil itu, mengumpulkan tanda tangan dan menuntut jam malam dikembalikan ke pukul 11 malam dan diperpanjang hingga jam 1 pagi selama dua malam terakhir Ramadan.
“Apa yang kami minta sederhana: bahwa pembatasan menyesuaikan dengan ritual kami, seperti yang mereka lakukan pada tanggal-tanggal tertentu bagi umat Katolik,” kata petisi tersebut. “Muslim dari Spanyol dan Ceuta bosan dengan kebijakan pemerintah yang diskriminatif.”
Komisi Islam Spanyol telah meminta hampir dua juta Muslim di negara itu untuk mengambil tindakan pencegahan ekstra karena pandemi, seperti menghindari pertemuan besar dan kegiatan yang dapat menyebabkan risiko kesehatan, misalnya berbuka puasa di masjid
Maxime Serignac dalam artikelnya yang berjudul “Spanish enclaves of Ceuta and Melilla ine xorably Mo roccan?”
mengung kapkan, populasi umat Islam di Ceuta terus mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu.
Berdasarkan catatan yang dia peroleh, penduduk Muslim etnis Maroko yang mendiami kota tersebut memiliki tingkat kesuburan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
“Hari ini, `Muhammad’ menjadi nama depan yang paling umum di Ceuta. Para pengamat pun menganggap fenomena ini sebagai ledakan `Marokonisasi’ di daerah kantong Spanyol tersebut,” tulis Serignac.
Dia pun memperkirakan, akan ada perubahan yang cukup signifikan terhadap demografi Ceuta dalam beberapa dekade mendatang.
Meningkatnya jumlah penduduk keturunan Maroko secara pesat, kata Serignac, dapat menggeser posisi umat Kristen selaku kelompok mayoritas saat ini. Kondisi tersebut nantinya bakal menciptakan lingkungan politik yang menguntungkan bagi kaum Muslimin di kota itu.
Kelompok Muslim regional lainnya dan Federasi Entitas Agama Islam Spanyol juga telah meluncurkan petisi serupa seputar jam malam, mengatakan bahwa komunitas Muslim telah membuktikan kemampuannya untuk berdoa dengan aman dan mengikuti pedoman kesehatan.[ah/anadolu]