APA makna Tuhan bagi seorang pemabuk? Nadirsyah Hosen membagikan tulisan ini pada 20 Juli 1998 dari Armidale.
Dua minggu lalu saya baru menyadarinya. Seorang rekan bule saya bertanding tenis meja dengan saya.
Dalam timnya, ia merupakan pemain urutan kedua, saya sendiri pemain nomor satu dalam tim saya.
Udara dingin kota Armidale tidak menghalangi serunya pertandingan saat itu. Mike, rekan saya tersebut, dengan mudah saya kalahkan pada game pertama.
Tiba-tiba dia bangkit kembali di game selanjutnya sehingga memaksa dilakukan game ketiga.
Baca Juga: Inilah Perbedaan Makna Musibah, Bala, dan Azab
Makna Tuhan bagi Pemabuk, Diingat di kala Senang
Di saat kritis, bola dari si Mike bergulir tipis sehingga sulit saya jangkau. Pada saat itulah, Mike berteriak, “God loves me!” saya kalah.
Dan Mike tersenyum sambil mengatakan, “Tuhan mencintai saya!”
Setelah itu, saya dekati Mike. Dia dengan enteng kemudian berkata, “Ada sebuah lagu populer. Tuhan mencintai anjing kecil, anak kecil dan para pemabuk.”
Mike, yang saya tahu memang gemar menenggak minuman keras, melanjutkan lagi, “Malam ini, sebelum bertanding, saya sudah minum dua gelas wine.”
Saya terkejut. Bukan karena memang saya mencium aroma wine dari mulutnya, dan juga bukan karena sulit menerima kenyataan bahwa seorang pemabuk mampu mengalahkan saya.
Akan tetapi, saya terkejut karena teringat kembali teriakan Mike, “God loves me!”
Bagaimana mungkin seorang pemabuk dicintai oleh Tuhan?
Pertandingan berikutnya telah menjawab rasa terkejut saya. Dalam pertandingan ganda, Mike dan pasangannya menelan pil pahit dan kalah dengan mudah.
Saat itulah, saya mendengar Mike sekali lagi berteriak, namun kali ini isi teriakannya penuh dengan kata-kata kotor. Rupanya dia kesal dengan kekalahannya. Tuhan tidak lagi disebut dalam kalimatnya.
Jangan-jangan, inilah makna Tuhan bagi seorang pemabuk seperti Mike. Tuhan disebut ketika dia mendapat sesuatu yang baik, dan Tuhan dilupakan pada kejap berikutnya ketika dia mendapat kemalangan.
Cara Beragama
Lambat laun, saya teringat bahwa jangan-jangan, kita selama ini beragama dengan cara seperti seorang Mike memandang Tuhan. Kita puji Tuhan ketika kita mau, dan kita lupakan Dia ketika kita mau.
Ah, tampaknya pertanyaan di awal tulisan ini perlu diganti dengan: “Apa makna Tuhan bagi kita?”
Bersediakah kita mengingat Tuhan dalam suka dan duka? Banyak ayat suci menggambarkan masalah ini, di antaranya QS. Al- Fajr ayat 15-16.
Tak disangka, saya bukan saja kalah bermain tenis meja dari si Mike yang pemabuk itu, namun saya juga belajar memandang makna Tuhan gara-gara si Mike itu. Al haq min Allah.[ind]