RAMADAN terakhirku, oleh: Ustazah Rochma Yulika. Andai ini Ramadan terakhir. Waktu begitu terasa cepat putarannya. Setiap lajunya berkuranglah jatah umur kita. Usia makin menua dan akan sampai pada akhir hidup kita.
Kematian menjadi misteri supaya manusia mempersiapkan diri. Hidup hanya untuk mengabdi pada Ilahi. Hingga bekal yang dibawa cukup harus kembali.
Imam Syafi’i berpesan,”Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu”.
Baca Juga: Persiapan Ruhani Menuju Ramadan
Saat ini, zikrul maut banyak di depan mata kita. Ketika terbang tinggi bersama pesawat bisa terjatuh dan tak bernyawa. Yang di daratan ada banjir bandang melanda.
Yang di kepulauan ada gempa mengguncang wilayahnya. Yang di pegunungan ada tanah longsor yang mengancam jiwa. Dan di mana-mana maut sudah mengintai kita.
Tinggal menghitung hari menuju bulan suci. Dahulu para sahabat menanti datangnya Ramadan sepenuh hati. Selayak akan datangnya tamu spesial, persiapan menyambutnya sudah jauh-jauh hari. Banyak amalan yang sudah mulai jadi kebiasaan sehari-hari.
Andai ini Ramadan terakhir. Banyak hal yang harus diukir.
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr : 1-3)
Bagaimana jika ini adalah Ramadan terakhirku
Pernahkah kita membayangkan bahwa ini adalah ramadan terakhir dalam hidup kita?
Hidup itu boleh berharap tetapi kenyataan hidup berkata bahwa yang sudah terjadi adalah kenangan, yang sedang terjadi adalah kenyataan dan yang akan terjadi hanya sebuah harapan.
Bagaimana pun juga kita tak pernah tahu bahwa Ramadan mendatang apakah kita masih hidup?
Jangankan sampai berjumpa dengan Ramadan, mungkin sedetik ke depan jika Allah berkehendak semua bisa saja terjadi dan saat itulah Allah telah memanggil kita.
Dan bila esok Ramadan terakhir kita maka kita harus bersiap untuk menjadikannya lebih bermakna. Apa saja yang harus kita lakukan.
1. Segera bertaubat dan memperbaiki tabiat.
2. Menambah keimanan dengan menjadi hamba yang taat.
3. Berusaha sebaik mungkin menjalankan syariat.
4. Target optimal dalam beramal sunnah baginya menjadi tekad yang bulat.
5. Tilawah Al-Qur’an tidak pernah terlewat.
Masih banyak lagi sebenarnya yang bisa kita persiapkan. Apalagi nanti ketika masuk ramadan. Harus lebih bernilai puasanya, lebih banyak tilawahnya, lebih peduli kepada sesama, lebih khusyu’ shalat wajib dan sunahnya serta zikir sepanjang harinya.
Hidup selalu berbatas dengan kematian. Sudahkah kita bersiap untuk menyambutnya?
Kematian bukan datang sesuai harapan kita, namun sudah ditetapkan oleh Sang Maha Kuasa. Kendatipun demikian bolehlah kita meminta dipanjangkan usia agar lebih banyak lagi catatan kebaikan yang kita tinggalkan.[ind]