Chanelmuslim.com – Para wanita berjilbab ini merupakan anggota dari salah satu sekte Yahudi yang bernama Haredi. Haredi adalah sebuah aliran agama Yahudi Ultra Orthodox. Total jumlah mereka di dunia sekitar 1,5 juta orang. Mereka tinggal di Israel, Amerika utara, dan Eropa bagian barat.
Tingkat kelahiran komunitas aliran ini tergolong sangat tinggi. Mereka begitu menjaga idealisme sekte dalam melakukan perjodohan. Jadi, tidak sembarang orang bisa menikahi wanita mereka. Atau, mereka tidak sembarang menikah dengan wanita di luar aliran mereka.
Busana hijab ala Haredi dilandasi semangat doktrin untuk mengembalikan keaslian agama Yahudi. Mereka begitu prihatin dengan maraknya perubahan-perubahan nilai di kalangan umat Yahudi. Termasuk, emansipasi wanita, dan sekularisasi.
Busana hijab yang ada pada foto di atas adalah saat mereka berada rumah atau bersama keluarga. Umumnya, ketika mereka di luar rumah, para wanita mengenakan burqa atau cadar. Dengan begitu, seluruh tubuh mereka tertutup, dari ujung rambut sampai kaki. Persis seperti busana muslimah yang dikenakan sebagian mazhab fikih Islam.
Di Israel, keberadaan mereka tidak disukai masyarakat umum Yahudi. Bahkan, para wanita Haredi ini kerap diteriaki orang-orang sekitarnya di Israel dengan sebutan ‘wanita Taliban’. Bahkan, ada warga Israel yang tega menarik kerudung seorang wanita Haredi saat berada dalam bus. Dan itu sering terjadi.
Awalnya, aliran Haredi diajarkan oleh seorang pemimpin agama Yahudi yang bernama Bruria Keren. Pemimpin agama Yahudi ini seorang wanita. Ia menafsirkan kita suci agama Yahudi secara ketat, apa adanya. Terutama dalam hal busana wanita.
Ajaran wanita keturunan Maroko dan Persia ini mirip dengan busana muslimah. Keren menyatakan bahwa busana ini bukan hanya melindungi wanita dari gangguan pria, tapi juga melindungi laki-laki itu sendiri dari godaan terhadap tubuh wanita. Dan itu bisa jatuh kepada dosa.
Para pengikut aliran ini juga membiasakan anak-anak wanita mereka untuk berbusana seperti ini. Hal ini dimaksudkan untuk membiasakan anak-anak mereka berbusana seperti yang diajarkan agama Yahudi yang asli.
Komunitas mereka di Israel terpusat di sebuah daerah yang bernama Beit Shemesh atau dalam bahasa Arabnya disebut Baitus Syams, sebuah daerah yang berjarak 30 kilometer sebelah barat Jerussalem. Pengikut aliran ini tersebar di beberapa daerah di Israel, antara lain, Safed dan Jerussalem.
Sedemikian kerasnya perlakuan pemerintah Israel terhadap aliran ini, pada tahun 2008, tokoh aliran ini, Bruria Keren pun ditangkap pihak keamanan. Penangkapan ini dengan tuduhan pengabaian hak anak-anak. Di mana Keren dituduh telah mengajarkan anti imunisasi kepada warga Israel. Keren divonis penjara selama empat tahun.
Begitu pun dengan suami Keren yang seorang Rabbi bernama David Benizri. Dengan tuduhan yang sama, ia dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan.
Di dalam penjara, Keren melakukan protes dengan mogok makan. Karena aksinya itu, ia terkena penyakit kekurangan gizi dan akhirnya dirawat di rumah sakit.
Aksi protes Bruria Keren ini akhirnya menjadi perhatian publik Israel. Banyak di antara mereka, termasuk berbagai media massa lokal, mempelajari aliran Haredi ini. Dampaknya, menurut klaim suami Keren, Rabbi David, pengikutnya bertambah hingga 30 ribu orang.
Bruria Keren juga mengajarkan bahwa wanita tidak boleh berbicara dii hadapan laki-laki yang bukan keluarganya. Busana hijab ini tetap dipakai meskipun di rumah. Tapi, boleh membuka bagian wajah mereka.
Pada tahun 2013, ada kasus di mana seorang bayi dari anggota mereka yang meninggal karena sebuah penyakit. Setelah diusut, sang bayi tidak diberikan vaksinasi oleh orang tuanya, yang menganggap bahwa hal itu terlarang dalam aliran mereka. Jangankan vaksinasi, rumah sakit pun mereka hindari.
Selain itu, mereka juga tidak mau menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah umum. Mereka lebih suka menyekolahkannya di kalangan grup internal sendiri. Atau biasa yang disebut home schooling.
Dalam pernikahan, mereka begitu strik untuk selalu menjodohkan calon pengantin dengan sesama mereka. Meskipun usia mereka berbeda jauh. Pernah ada kasus, seorang lelaki usia 15 tahun dijodohkan dengan wanita usia 23 tahun. Mereka pun dipaksa untuk berjodohan.
Setelah beberapa hari berlalu, pengantin laki-laki ingin menceraikan isterinya. Namun, karena kesepakatan kedua keluarga, sang laki-laki dipersilakan untuk melakukan poligami. Ia dipersilakan menikah lagi, tanpa harus menceraikan isterinya.
Dalam perkembangannya, tidak sedikit wanita Israel di luar aliran ini yang akhirnya bergabung. Mereka mengikuti ajaran Keren seperti anggota yang lain. Termasuk memakai busana hijab.
Ada kasus, seorang suami yang isterinya ikut bergabung dalam aliran ini tidak setuju dengan perubahan isterinya yang berhijab. Ia pun mengajukan gugatan cerai.
Semua aturan-aturan ini diatur dalam halacha. Sebuah komunitas khusus para cendekiawan mereka yang berwenang untuk melakukan kajian dan aturan-aturan para anggota.
Menariknya, hasil penyelidikan media di Israel menemukan bahwa ketaatan para wanita dan anggota di aliran ini sama sekali bukan karena paksaan Bruria Keren. Tapi karena rela mengikuti ajaran dan bimbingan sang tokoh.
Penyelidikan para awak media ini didasari oleh adanya kebijakan dari menteri sosial Israel yang khawatir terjadinya tindak pemaksaan terhadap wanita di aliran Haredin ini.
Namun begitu, sebagian besar penduduk Israel tidak menyukai aliran ini. Mereka kerap melakukan pelecehan terhadap aliran ini di tempat-tempat umum. Mulai dari sebutan ‘Wanita Taliban’, ‘Aliran Sesat’, hingga tindakan aksi seperti menarik kerudung mereka di bis, atau tempat umum lain.
Pada tahun 2014, sebuah kesalahpahaman pihak keamanan Israel terhadap penampilan wanita aliran ini berujung maut. Seorang polisi melakukan tembakan setelah melihat sosok wanita berhijab memasuki areal kuil suci Israel di Western Wall. Setelah dilarikan ke rumah sakit, sang wanita meninggal dunia. (Mh/berbagai sumber)