UMAIR bin Wahb kembali ke Mekkah sebagai seorang Muslim. Pada suatu hari, sampailah sang musafir Umair bin Wahb di kampung halamannya.
Dialah Umair yang kembali ke Mekah dengan membawa pedangnya, seakan siap bertempur.
Baca Juga: Penglihatan Tajam Umair bin Wahb
Umair bin Wahb Kembali ke Mekkah Sebagai Muslim
Orang yang pertama kali menemuinya adalah Shafwan bin Umayyah. Melihat wajah Umair, Shafwan langsung ingin menyerangnya. Akan tetapi, melihat pedang yang siaga di tangan Umair, Shafwan mengurungkan maksudnya, dan cukup melontarkan makian kepada Umair, lalu pergi.
Umair bin Wahb masuk ke kota Mekah sebagai seorang muslim, padahal beberapa hari yang lalu ia meninggalkan Mekah masih sebagai orang musyrik.
Ia memasuki Mekah dengan gaya seperti Umar bin Khaththab masuk Islam dahulu. Ia berkata, “Demi Allah, setiap tempat yang kududuki ketika aku kafir, akan kududuki setelah aku masuk Islam.”
Seakan-akan, Umair menjadikan kata-kata itu sebagai semboyan dan sikapnya sebagai teladan.
Ia sudah bertekad membaktikan hidupnya untuk Islam yang sekian lama ia perangi. Ia berada di posisi yang memungkinkannya memaksa orang lain.
Demikianlah ia menebus masa lalunya. Ia berkejaran dengan waktu yang terus berjalan. Ia mengajak orang lain untuk masuk Islam, siang dan malam, secara terang-terangan. Iman yang telah mengakar di hatinya memberinya rasa aman, bimbingan, dan cahaya.
Bibirnya selalu mengatakan kebenaran, mengajak bersikap adil, dan melakukan kebijakan.
Sedangkan di tangannya terhunus pedang yang membuat gentar mereka yang ingin menghalangi orang-orang yang hendak masuk Islam.
Hanya dalam beberapa minggu, orang-orang yang mendapat hidayah masuk Islam berkat usaha Umair bin Wahb melebihi perkiraan. Umair mengajak mereka ke Madinah dalam satu barisan panjang.
Padang pasir yang mereka lalui tidak mampu menyembunyikan kekaguman terhadap pria yang beberapa waktu lalu melewati jalan yang sama menuju Madinah untuk membunuh Rasul.
Melalui jalan yang sama, dari Madinah ke Mekah dengan raut muka berbeda sambil membaca Al-Qur’an di atas punggungnya kudanya. Dan sekarang, ia melintas lagi untuk yang ketiga kalinya memimpin rombongan besar kaum muslimin yang memenuhi angkasa dengan tahlil dan takbir.
Inilah berita besar yang sesungguhnya. Setan Quraisy yang berubah menjadi pejuang Islam. Berdiri disamping Rasulullah di semua peperangan dan peristiwa penting.
Ketaatannya kepada Islam terus berlanjut, meskipun Rasul telah wafat. [Cms]
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom