ChanelMuslim.com – Masuknya produk impor secara ilegal berdampak pada menurunnya pangsa pasar produk tekstil dalam negeri. Seperti yang diungkapkan oleh Ade Sudrajat selaku Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesian(API).
“Pangsa pasar domestik dari industri tekstil nasional tinggal 30% dari yang tadinya 60% (2010). Artinya, jelas Ade, dalam kurun waktu 5 tahun kita sudah mengalami penurunan akibat masuknya barang barang ilegal ke dalam negeri,” ungkapnya usai melakukan pertemuan dengan Presiden didampingi Menteri Perindutrian Saleh Husin.
Karena itu, para pengurus API berharap pemerintah bisa memberikan adanya potongan ongkos dari sisi energy, baik dari bahan bakar minyak (BBM), gas, listrik dan lainnya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menjelaskan, pertemuan itu dimaksudkan untuk membahas tentang permasalahan di industri tekstil guna meningkatkan iklim produksi tekstil di Indonesia.
Ia menegaskan, pemerintah ingin agar industri tekstil kita dapat terus eksis dan bisa terus meningkatkan produktifitasnya.
Diakui Menperin, dalam pertemuan tersebut para pengusaha tekstil mengeluhkan banjirnya pakaian impor yang masuk secara illegal. Menperin menilai, permasalahan ini harus diatasi bersama.
“Dari mendengar keluhan-keluhan mereka kita harap hal ini dapat menyelesaikannya,” jelas Saleh.
Kondisi Sulit
Sementara itu Ketua API Ade Sudrajat mengemukakan, kondisi saat ini sangat sulit bagi pengusaha karena pasar domestik yang dipenuhi oleh barang impor, apalagi masih ditambah masuknya barang impor secara ilegal.
“Dengan harga yang lebih rendah (tekstil impor) dari harga pasar tentu saja ini menurunkan daya saing bagi pengusaha,” jelas Ade.
Menurut Ade, API berharap adanya penutupan kran impor tekstil secara illegal sehingga bisa meningkatkan daya saing pengusaha lokal, dan tentu saja membuka peluang merambah pasar luar negeri.
Dalam kesempatan itu, API menyambut kabar gembira mengenai upaya perluasan pasar ekspor tekstil nasional yang kini sedang digarap oleh pemerintahan Presiden Jokowi.
“Tentu hal ini disampaikan dengan gembira teman-teman dari industri tekstil,” ujarnya.
Ade menjelaskan, saat ini pangsa pasar domestik dari industri tekstil nasional tinggal 30% dari yang tadinya 60% (2010). Artinya, jelas Ade, dalam kurun waktu 5 tahun kita sudah mengalami penurunan akibat masuknya barang barang ilegal ke dalam negeri.
Karena itu, para pengurus API berharap pemerintah bisa memberikan adanya potongan ongkos dari sisi energy, baik dari bahan bakar minyak (BBM), gas, listrik dan lainnya.
Saat ini, lanjut Ade, ada sekitar 2.738.000 tenaga kerja yang diserap langsung oleh industri tekstil nasional, atau masih dibawah 2%. Namun menurutnya, seyogyanya industri ini tumbuh.
“Nah itu tadi caranya menghambat masuknya produk- produk ilegal masuk ke Indonesia karena pangsa pasar kita kan direbut oleh mereka, karena yang terjadi mereka tidak membayar bea masuk barang jadi tidak ada pajak. Itu yang menyebabkan persaingan tidak sehat,” jelas Ade.(setkab)
ChanelMuslim.com – Masuknya produk impor secara ilegal berdampak pada menurunnya pangsa pasar produk tekstil dalam negeri. Seperti yang diungkapkan oleh Ade Sudrajat selaku Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesian(API).
“Pangsa pasar domestik dari industri tekstil nasional tinggal 30% dari yang tadinya 60% (2010). Artinya, jelas Ade, dalam kurun waktu 5 tahun kita sudah mengalami penurunan akibat masuknya barang barang ilegal ke dalam negeri,” ungkapnya usai melakukan pertemuan dengan Presiden didampingi Menteri Perindutrian Saleh Husin.
Karena itu, para pengurus API berharap pemerintah bisa memberikan adanya potongan ongkos dari sisi energy, baik dari bahan bakar minyak (BBM), gas, listrik dan lainnya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menjelaskan, pertemuan itu dimaksudkan untuk membahas tentang permasalahan di industri tekstil guna meningkatkan iklim produksi tekstil di Indonesia.
Ia menegaskan, pemerintah ingin agar industri tekstil kita dapat terus eksis dan bisa terus meningkatkan produktifitasnya.
Diakui Menperin, dalam pertemuan tersebut para pengusaha tekstil mengeluhkan banjirnya pakaian impor yang masuk secara illegal. Menperin menilai, permasalahan ini harus diatasi bersama.
“Dari mendengar keluhan-keluhan mereka kita harap hal ini dapat menyelesaikannya,” jelas Saleh.
Kondisi Sulit
Sementara itu Ketua API Ade Sudrajat mengemukakan, kondisi saat ini sangat sulit bagi pengusaha karena pasar domestik yang dipenuhi oleh barang impor, apalagi masih ditambah masuknya barang impor secara ilegal.
“Dengan harga yang lebih rendah (tekstil impor) dari harga pasar tentu saja ini menurunkan daya saing bagi pengusaha,” jelas Ade.
Menurut Ade, API berharap adanya penutupan kran impor tekstil secara illegal sehingga bisa meningkatkan daya saing pengusaha lokal, dan tentu saja membuka peluang merambah pasar luar negeri.
Dalam kesempatan itu, API menyambut kabar gembira mengenai upaya perluasan pasar ekspor tekstil nasional yang kini sedang digarap oleh pemerintahan Presiden Jokowi.
“Tentu hal ini disampaikan dengan gembira teman-teman dari industri tekstil,” ujarnya.
Ade menjelaskan, saat ini pangsa pasar domestik dari industri tekstil nasional tinggal 30% dari yang tadinya 60% (2010). Artinya, jelas Ade, dalam kurun waktu 5 tahun kita sudah mengalami penurunan akibat masuknya barang barang ilegal ke dalam negeri.
Karena itu, para pengurus API berharap pemerintah bisa memberikan adanya potongan ongkos dari sisi energy, baik dari bahan bakar minyak (BBM), gas, listrik dan lainnya.
Saat ini, lanjut Ade, ada sekitar 2.738.000 tenaga kerja yang diserap langsung oleh industri tekstil nasional, atau masih dibawah 2%. Namun menurutnya, seyogyanya industri ini tumbuh.
“Nah itu tadi caranya menghambat masuknya produk- produk ilegal masuk ke Indonesia karena pangsa pasar kita kan direbut oleh mereka, karena yang terjadi mereka tidak membayar bea masuk barang jadi tidak ada pajak. Itu yang menyebabkan persaingan tidak sehat,” jelas Ade.(setkab)