PENGALAMAN Ramadan menjauhkan remaja dari ponsel ditulis oleh Kak Eka Wardhana (Rumah Pensil Publisher) berikut ini.
“Insinyur Taqi diharap menghadap ke bagian desain, Insinyur Taqi diharap menghadap ke bagian desain..,” ujar saya berulang-ulang, ala-ala panggilan dari pengeras suara di pabrik besar kepada pekerja ahlinya.
“Ya,” ujar Taqi putra saya dengan datar. Ia meninggalkan ponselnya di meja dan datang kepada saya.
“Silakan Pak Insinyur mulai menggunting,” sambut saya sambil menunjuk rancangan yang telah saya ukur dan garis di atas kertas.
Taqi yang di Ramadan 1441 H itu berusia 14 tahun menurut. Ia pun duduk dan mulai menggunting. Ia memang anak penurut, mudah mengikuti aturan dan punya disiplin.
Setiap azan selesai berkumandang, ia telah selesai berwudhu, menunggu saya untuk shalat berjamaah.
Namun seperti halnya remaja yang lain, ketika harus mengisolasi diri di rumah di masa pandemi COVID 19 ini, ia jadi tambah dekat dengan ponselnya.
Apalagi saat Ramadan tiba, seolah rasa lapar jadi alasan untuk tidak ngapa-ngapain selain main game di laptop dan ponsel.
Saya coba cari cara bagaimana mengatasi hal ini, bukan dengan terburu-buru dan berpikir keras sih, justru dengan tenang dan santai.
Baca Juga: Pengalaman Ramadan di Negara Cina
Pengalaman Ramadan Menjauhkan Remaja dari Ponsel
Sampai akhirnya saya memutuskan untuk menularkan padanya ilmu membuat kapal kertas yang saya dapat dari papa saya dulu di masa kecil.
Hasilnya? Efektif dan menyenangkan.
Saat Taqi menggunting karton manila (istilah kami: memotong baja dengan laser), melihat dan mengelem (istilah kami: mengelas baja), ia fokus pada proses dan melupakan ponsel buat sejenak dan beberapa waktu setelahnya.
Yang mengejutkan, setelah kapal kami selesai, ia memang berhasil mengurangi interaksinya dengan ponsel, melalui cara lain: membuat komik sendiri.
Seolah tahu bahwa dengan mengajaknya membuat kapal kertas, saya ingin ia melakukan hal yang berguna dan produktif alih-alih bermain ponsel.
Ramadan kali ini penuh hikmah buat saya dan Taqi. Kalau Ayah dan Bunda mau tahu cara mendekati anak di masa remaja yang labil, sederhana saja:
1. Jangan langsung menyalahkan, tetapi mendekati. Saya tak mengatakan “Taqi, jangan banyak main hape!”, saya hanya bilang, “Taqi, agar tidak melulu main hape, gimana kalau kita membuat kapal perang kertas?”
2. Tahu apa yang mereka sukai. Dulu Taqi suka merangkai lego. Maka kini saya mengajaknya melakukan hal yang sama hanya dengan level yang lebih tinggi, sesuai perkembangan otaknya.
3. Lakukan bersama, dengan cara menyenangkan. Remaja akan mudah menurut bila mereka lihat kita melakukan hal yang kita suruh dengan cara lebih baik dan bersama-sama dengan mereka.
Salam Smart Parents![ind]