ORANG yang berpuasa saat tertempa makan (sahur) ketika enaknya orang tertidur lelap atau berdiri lama malam hari dalam shalat qiyam Ramadan setelah siangnya berlapar-haus, atau menahan semua pembatal lahir-batin, sudah sepantasnya mampu mengatasi masalah dakwah dan kehidupannya, tanpa keluhan, keputus asaan atau kepanikan.
Musuh-musuh umat mestinya belajar untuk mengerti bahwa bayi yang dilahirkan di tengah badai takkan gentar menghadapi deru angin. Yang biasa menggenggam api jangan diancam dengan percikan air.
Mereka ummat yang biasa menantang dinginnya air di akhir malam, lapar dan haus di terik siang.
Baca Juga: Berpuasa bersama Mayoritas Manusia
Orang yang Berpuasa Mampu Mengatasi Masalah Dakwah
Mereka terbiasa memburu dan menunggu target perjuangan, jauh sampai ke akhirat negeri keabadian, dengan kekuatan yakin yang melebihi kepastian fajar menyingsing.
Namun bagaimana mungkin bisa mengajar orang lain, orang yang tak mampu memahami ajarannya sendiri? “Faqidu’s Syai’ la Yu’thihi” (Yang tak punya apa-apa tak akan mampu memberi apa-apa).
Wahyu pertama turun di bulan Ramadan, pertempuran dan mubadarah (inisiatif) awal di Badar juga di bulan Ramadan dan Futuh (kemenangan) juga di bulan Ramadan.
Ini menjadi inspirasi betapa madrasah Ramadan telah memproduk begitu banyak alumni unggulan yang izzah-nya membentang dari masyriq ke maghrib zaman.
Bila mulutmu bergetar dengan ayat-ayat suci dan hadis-hadis, mulut mereka juga menggetarkan kalimat yang sama. Adapun hati dan bukti, itu soal besar yg menunggu jawaban serius.
Pemateri: Alm. K.H. Rahmat ‘Abdullah