oleh: Sri Istifat Nuri
ChanelMuslim.com – Ini adalah pengalaman saya di Salimah. Saya tak pandai merangkai kata, namun tentu saya berharap cerita ini akan memberi manfaat bagi kita semua.
Jujur…kalau ditanya tahun , saya lupa…yang saya ingat waktu itu anak saya yang sulung berusia 4 tahun, berarti tahun 2004 (anak saya lahir tahun 2000). Itulah kali pertama saya mengenal Salimah. Bu Nurmaisyah Simamora ditunjuk sebagai Ketua PD Salimah Langkat dan saya sebagai Sekretaris. Ketua PW Salimah pada waktu itu Bu Fanin Nainggolan. Kami berdua bergerak memperkenalkan Salimah pada orang orang yang kenal dengan Pesantren Al Uswah.
Secara geografis, Langkat dipisahkan oleh kota Binjai, sehingga Langkat terbagi 2, Langkat Hilir dan Langkat Hulu. Kami berada di Langkat Hulu, karena itulah, dengan segala keterbatasan kami, Salimah berkembang di Langkat Hulu. Tapi satu hal yang membuat kami semangat adalah pesan Bu Fanin yang mengatakan ,”Teruslah bergerak, di mana saja, memperkenalkan Salimah, hingga Salimah dikenal di bumi Langkat”. Saat ini kami bergerak di Langkat Hulu, tapi kami yakin suatu saat Salimah akan dikenal di seluruh Langkat. Allahu Akbar!!
Saya masih ingat, program kami yang pertama pada saat itu adalah ingin mendirikan TK Salimah. Hal ini didorong oleh keinginan kami agar anak-anak kami yang pada saat itu usia TK bisa sekolah di TK yang kurikulumnya sama seperti TK Islam di Medan. Pada waktu itu, saya diamanahi menjadi Kepala Sekolahnya. Sungguh sebuah amanah yang berat, karena pada saat itu saya juga mengajar di SMA di Kota Salapian (jaraknya lebih kurang 28 km). Tapi Bismillahi, dengan tambahan semangat dari teman-teman saya menerima amanah tersebut.
Kami mulai mencari siswa. Kami Direct Selling memperkenalkan Salimah kepada tetangga Pesantren (pada waktu itu, kami: saya dan Bu Nurmaisyah tinggal di Pesantren) yang anaknya ada usia TK. Alhamdulillah… ada 11 orang anak yang terkumpul (termasuk anak saya dan Bu Nurmaisyah). Seperti Laskar Pelangi ya…Sebab kalau tidak sampai 10, tidak boleh mendirikan sekolah. Untuk lokasi sekolah, Alhamdulillah ada yang mengizinkan rumahnya dipakai selama belum mendapat tempat.
Kami memberanikan diri membuat seragam. Kebetulan salah satu wali muridnya, ada yang bisa menjahit, jadilah kami membuat seragam dengan nuansa ungu. Untuk guru, kami mencari anak gadis yang siap berkorban (karena pada waktu itu uang SPP hanya Rp30.000, jadi hanya terkumpul Rp330.00/bulan). Masya Allah… 2 guru sekaligus kami dapat, Bu Suyanti dan Bu Nurhasanah. Untuk menambah pengalaman, saya sempat magang beberapa kali ke TK Bunayya (pada waktu itu Kepala Sekolahnya Bu Nani).
Alhamdulillah…TK Salimah Kuala, Langkat merupakan TK Salimah pertama di Sumatera Utara (he..he..he.. soalnya pada waktu itu belum banyak PD yang terbentuk). Dengan segala keterbatasan, kami tetap semangat, dan hingga kini TK Salimah (saat ini menjadi RA Salimah) tetap hadir untuk menebar dakwah di kota Kuala, Langkat.
Ada lagi pengalaman kami ketika mengikuti perayaan Hari Ibu. Pada waktu itu, peserta Marhaban dari Kuala mendapat Juara I di tingkat Kabupaten, sehingga mewakili Langkat ke tingkat Wilayah, yah walaupun untuk tingkat wilayah kami belum berhasil, namun bahagia rasanya melihat ibu-ibu yang kami bawa bersemangat mengikuti lomba.
Satu hal yang membuat kami senang, ketika ada acara PP Salimah di Jakarta, Bu Fanin menunjuk Bu Nurmaisyah (Ketua PD Salimah Langkat) untuk ikut ke Jakarta karena PD Langkat pada waktu itu dianggap yang aktif menggiatkan Salimah di tingkat Kabupaten. Yah…walaupun saya tak ikut tapi senang, Salimah Langkat bisa mewakili Sumatera Utara.
Ada kisah yang membahagiakan, namun ada juga kisah yang membuat sedih. Pada waktu itu, kami mengikuti acara di Medan, kalau tidak salah Munasharah Palestina di Mesjid Agung Medan. Kami membawa Ibu-ibu Salimah lebih kurang 20 orang. Waktu itu, kami charter 2 angkot. Acara sampai sore. Ketika kami pulang, kami tidak menyadari ada seorang ibu yang tertinggal. Ketika kami hampir sampai Kuala, salah seorang ibu di angkot lain menelpon, kalau ada yang ketinggalan. Astagfirullah….pada waktu itu HP masih langka. Kami bingung…apa yang harus dilakukan, karena si ibu tidak punya HP dan tidak bawa dompet. Akhirnya kami putuskan pulang ke Kuala karena ibu-ibu yang lain sudah resah, sambil berdoa mudah-mudahan ada yang menolong si ibu.
Maghrib kami sampai di Kuala. Setelah sholat Maghrib, saya dan bu Nurmaisyah ke rumah si ibu yang ketinggalan untuk menjelaskan kepada keluarganya kalau kita akan bertanggung jawab mencari kembali ke Medan. Tapi Alhamdulillah atas izin Allah, ternyata si ibu sudah sampai di rumah dan ketika kami sampai beliau marah-marah dan menggerutu tidak mau lagi diajak ke mana-mana oleh Salimah. Ya Rabb…kami bersyukur sekaligus sedih…ini menjadi sandungan berat untuk Salimah.
Suka duka dalam berdakwah merupakan kenikmatan yang diberikan Allah swt kepada kita. Ketika gembira, kita istigfar…bersiap akan datangnya ujian, ketika bersedih kita bertahmid, Allah swt akan berikan kemudahan, bukankah “setelah kesukaran akan ada kemudahan?”. Yang pasti kami bertekad “ Salimah….Maju Terus Pantang Mundur!’ Allahu Akbar!
Sumber:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=780200379057689&id=100012032021168