NAMA lengkapnya Dhahhak bin Qais bin Mu’awiyah bin Husain Al-Hurri As-Sa’di, biasa dipanggil Abu Bakar. Ia masyhur dengan nama Ahnaf bin Qais, karena salah satu kakinya bengkok. Ia lahir di Bashrah tahun 3 sebelum hijrah.
Waktu ia masih kecil, ibunya pernah menggendongnya sambil melantunkan bait sya’ir berikut:
Demi Tuhan, seandainya bukan karena salah satu kakinya bengkok dan kekhawatiranku yang berlebihan akan sedikitnya keturunannya, maka tidak ada seorang pemuda kalian pun yang akan sehebat dia
Ia adalah pemimpin Bani Tamim. Ia lahir saat Nabi masih hidup, tapi ia tidak pernah bertemu dengan Beliau.
Ia pernah bertemu dengan Umar bin Al-Khathab pada saat Umar masih menjabat sebagai khalifah. Umar menyarankannya untuk menetap selama setahun di Madinah.
Setelah itu, ia kembali ke Bashrah. Umar pernah menulis sepucuk surat kepada Abu Musa Al-Asy-ari, dengan bunyi, “Hendaklah kamu mendekati Ahnaf, ajaklah dia bermusyawarah, dan dengarlah pendapatnya.”
Baca Juga: Kegigihan Tsabit bin Qais di Medan Perang
Ahnaf bin Qais, Gemar Melakukan Puasa
Ia adalah sosok pemimpin yang terkenal cerdik, tutur katanya fasih, pemberani, dan bijaksana.
Ia adalah orang yang gemar melakukan puasa. Suatu hari, ada orang yang berkata kepadanya, “Anda sudah tua, bukankah puasa akan membuat kondisimu semakin lemah.”
Ia menjawab,” Aku menjadikannya sebagai bekal untuk menempuh perjalanan yang jauh.”
Suatu hari, ada orang yang mengejeknya sambil berkata, “Dengan apa kamu berkuasa?”
Ia menjawab, “Dengan meninggalkan urusanmu yang tidak berguna bagiku, sebagaimana kamu meninggalkan urusanku yang tidak berguna bagimu.”
Suatu ketika, ia bersama beberapa orang bertemu dengan khalifah Mu’awiyah. Mereka semua berbicara di hadapan Mu’awiyah, tapi Ahnaf tetap diam.
“Hai Abu Bakar, mengapa Anda tidak berbicara?” tanya Mu’awiyah.
Ia menjawab, “Aku takut kepada Allah kalau aku berbohong, dan aku khawatir kepada kalian jika aku berkata jujur.”
Pada tahun 18 H, Umar menugaskannya untuk membebaskan wilayah Khurrasan. Ia pun menyerbu dan dapat mengusai wilayah Khurrasan dalam tempo singkat. Ibnu Syahriyar, raja Persia, melarikan diri dari wilayah tersebut.
Ia tidak bergabung dengan salah satu pihak yang bertikai dalam perang Jamal.
Dalam perang Shiffin, ia bergabung bersama Ali bin Abi Thalib dan menjadi salah satu komandan pasukannya.
Suatu ketika ada orang yang bertanya kepada Mu’awiyah tentang kesabarannya menghadapi Ahnaf. Mu’awiyah menjawab, “Apa yang membuat Ahnaf marah akan menyulut kemarahan 100.000 orang dan mereka sama sekali tidak mengerti atas apa dia marah.”
Ia pernah menjabat sebagai gubernur Khurrasan. Ia pernah mengatakan di hadapan khalayak umum, “Maukah kalian aku beritahu tentang penyakit yang paling berbahaya?”
“Ya”, jawab mereka.
Ia mengatakan, “Moralitas yang tercela dan tutur kata yang jorok.”
Ia juga pernah mengatakan, “Tidak ada muru’ah bagi si pendusta; tidak ada ketenangan (istirahat) bagi si pendengki; tidak ada muslihat bagi orang yang kikir; tidak ada kemuliaan bagi orang yang tidak bermoral; dan tidak ada saudara bagi orang yang tidak sabar (cepat bosan).”
Suatu ketika, ada orang yang memuji Yahya Al-Barmaki dan berkata, “Demi Allah, Anda benar-benar lebih bijak daripada Ahnaf bin Qais”.
Yahya menjawab, “Kami tidak memberi sesuatu kepada orang yang memuji kami secara tidak proposional (berlebihan).”
Ahnaf memiliki banyak teks-teks orasi yang dirangkum dalam buku-buku sejarah dan sastra.
Ia meriwayatkan hadis dari Umar bin Al-Khathab, Ali bin Abi Thalib, Abu Dzar Al-Ghfari, dan sahabat lainnya.
Di antara perawi yang meriwayatka hadis darinya adalah Hasan Al-Bashari, Urwah bin Zubair, Thalaq bin Hubaib, dan lainnya.
Ia meninggal tahun 72 H.
(Sumber: Tokoh-Tokoh Islam Sepanjang Sejarah, Syaikh Muhammad Said Mursi, Pustaka Al-Kautsar) [Ai]