TSABIT bin Qais pun tidak pernah melewatkan jihad di medan perang. Kiprahnya di medan perang dimulai di Perang Uhud. Setelah itu, ia tidak pernah absen di setiap peperangan. Perjuangan dan pengorbanannya luar biasa dan menakjubkan. Sulit dicari bandingannya.
Di Perang Riddah, ia selalu berada di depan, membawa bendera kaum Anshar, menyabetkan pedangnya tanpa henti.
Di Perang Yamamah, yang beberapa kali sudah kita bicarakan, Tsabit melihat dampak buruk dari serangan mendadak pasukan Musailamah al- Kadzdzab.
Baca Juga: Tsabit bin Qais yang Sering Menangis
Kegigihan Tsabit bin Qais di Medan Perang
Maka, ia berseru dengan suara yang lantang menggelegar, “Demi Allah, tidak seperti ini dulu kami berperang bersama Rasulullah.”
la pergi tidak jauh. Ketika kembali ia sudah membalut badannya dengan kain kafan.
la berseru lagi, “Ya Allah, aku benar-benar tidak ikut bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan (kaum muslimin yang berperang dengan tidak gigih.) ”
Salim (mantan budak Abu Hudzaifah) yang memegang bendera kaum Muhajirin bergabung bersamanya.
Keduanya menggali dua lubang, masuk ke lubang itu dan menimbunnya dengan tanah, hingga separuh tubuh mereka tertimbun dalam lubang.
Dua orang itu bagai paku bumi yang separuh badannya tertanam dalam tanah dan separuh lagi menghadap ke arah musuh siap menghadapi setiap tentara musuh yang mendekat.
Mereka membabat habis setiap tentara musuh yang mendekat, hingga akhirnya keduanva menemui kesyahidan di lubang mereka.
Tindakan dua tentara muslim ternyata sangat besar pengaruhnya mengembalikan semangat pasukan Islam. Mereka kembali berperang dengan gigih hingga akhirnya pasukan Musailamah terkubur bersama pasir dan tanah untuk selamanya.
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itishom