INI adalah tulisan tentang cinta dan benci yang berlebihan. Tanpa sadar, cinta yang berlebihan bisa mengecewakan, dan benci yang tanpa batas juga akan membawa kehancuran.
Baca Juga: 13 Sikap yang Merusak Cinta Suami Istri
Tentang Cinta dan Benci yang Berlebihan
Wanita dianugerahi perasaan yang mendalam, karena memang disiapkan menjadi seorang ibu yang harus memiliki kasih sayang dan perhatian yang mendalam juga.
Untuk menghadapi anak-anak, perlu perhatian dan kasih sayang untuk menemani kesabaran menghadapi dan mendidik anak-anak.
Akan tetapi kelebihan ini tentu ada kelemahannya. Kelemahannya adalah terkadang perasaan menutupi akal sehatnya, perasaan membuat pertimbangan mengambil keputusan bisa mengalahkan keputusan akal sehat.
Ini memang harus dipahami karena wanita memang ingin lebih dimengerti. Ketika wanita sudah cinta, ia sangat cinta sekali dan jika sudah benci, ia benci berlebihan/
Ini adalah mayoritas sifat wanita. Karenanya beberapa ahli psikologi dan beberapa ulama yang ahli mengenai hal ini mengatakan bahwa wanita memang tidak bisa membagi cinta, karena begitulah tipe cinta wanita.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Jika engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka (wanita) sepanjang setahun, kemudian melihat sesuatu yang mengecewakan, dia akan berkata, ’Saya tidak pernah melihat kebaikanmu sedikitpun’. HR Bukhari)
Perilaku seperti tidak bagus yaitu terlalu berlebihan menyikapi cinta dan benci. Hal ini sudah diingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. beliau bersabda,
أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيْضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
“Cintailah orang yang kau cintai sekadarnya, bisa jadi suatu hari ia akan menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya bisa jadi suatu hari ia menjadi orang yang kau sayangi.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi no. 1997 dan dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 178)
Dari Aslam bahwa Umar bin Khaththab radhiallahu anhu berkata,
لاَ يَكُنْ حُبُّكَ كَلَفًا وَلاَ بَغُضُكَ تَلَفًا فَقُلْتُ كَيْفَ ذَاكَ ؟ قَالَ إِذَا أَحْبَبْتَ كَلِفْتَ كَلَفَ الصَّبِيِّ وَإِذَا أَبْغَضْتَ أَحْبَبْتَ لِصَاحِبِكَ التَّلَف
“Janganlah cintamu menjadikan keterlenaan bagimu, dan jangan pula kebencianmu menjadikan kehancuran bagimu.
Aku (Aslam) berkata, “Bagaimanakah itu?”
Umar berkata, “Bila engkau mencitainya, maka engkau mencintainya sampai engkau terlena seperti layaknya seorang anak kecil, dan bila engkau membenci, engkau menginginkan kehancuran baginya.” (Shahih Adabul Mufad Imam Bukhari oleh Syaikh Albani)
Penjelasan hadits dijelaskan dalam Fatwa Al-Islamiyah,
لكن المقصود من الحديث النهي عن المبالغة والإفراط الشديد في الحب،
“Akan tetapi maksud hadits adalah agar tidak berlebihan dan melampui batas dalam hal cinta.” (Fatwa.islamweb.net)
Demikianlah, kita diperintahkan agar bersikap pertengahan dalam sesuatu hal. Tidak terlalu ekstrim dan tidak terlalu meremehkan juga.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang pertengahan dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu….” (QS. Al Baqarah: 143) (Mh/Cms]
Sumber: https://muslimafiyah.com/