USTAZ, bolehkah puasa tidak berniat? Bagaimana jika kita berpuasa tapi tidak berniat? Apakah puasanya tetap sah? Ustaz Farid Nu’man Hasan menjawab persoalan ini sebagai berikut.
Tidak boleh, dan tidak sah. Sebab niat adalah rukun puasa, sebagian mengatakan syarat sahnya puasa.
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:
الامساك عن المفطرات، من طلوع الفجر إلى غروب الشمس، مع النية
Menahan diri dari yang membatalkan dari terbitnya fajar sampai terbenam matahari yang dibarengi dengan niat. (Fiqhus Sunnah, 1/431)
Baca Juga: Bolehkah Niat Puasa Qadha dan Sunnah Sekaligus?
Bolehkah Puasa Tidak Berniat?
Semua ulama sepakat bahwa tempatnya niat adalah di hati. Tapi mereka berbeda pendapat bolehkah melisankan niat dengan tujuan memperkokoh apa yang ada di hati?
Mayoritas ulama mengatakan sunah, sebagian lain mengatakan tidak boleh.
Imam Muhammad bin Hasan Al Hanafi mengatakan:
النِّيَّةُ بِالْقَلْبِ فَرْضٌ ، وَذِكْرُهَا بِاللِّسَانِ سُنَّةٌ ، وَالْجَمْعُ بَيْنَهُمَا أَفْضَل
“Niat di hati adalah wajib, menyebutnya di lisan adalah sunah, dan menggabungkan keduanya adalah lebih utama.” (Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 42/100)
Imam Ibnu Hajar Al Haitami Al Makki Asy Syafi’i Rahimahullah mengatakan:
( وَيَنْدُبُ النُّطْقُ ) بِالْمَنْوِيِّ ( قُبَيْلَ التَّكْبِيرِ ) لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ الْقَلْبَ وَخُرُوجًا مِنْ خِلَافِ مَنْ أَوْجَبَهُ وَإِنْ شَذَّ وَقِيَاسًا عَلَى مَا يَأْتِي فِي الْحَجِّ
“(Disunahkan mengucapkan) dengan apa yang diniatkan (sesaat sebelum takbir) agar lisan membantu hati dan keluar dari khilaf (perbedaan pendapat) dengan kalangan yang mewajibkan,
walaupun yang mewajibkan ini adalah pendapat yang syadz (janggal), sunnahnya ini diqiyaskan dengan apa yang ada pada haji (yakni pengucapan kalimat talbiyah, pen).” (Tuhfah Al Muhtaj, 5/285)
Imam Syihabuddin Ar Ramli Asy Syafi’i Rahimahullah mengatakan:
ويندب النطق بالمنوي قبيل التكبير ليساعد اللسان القلب ولأنه أبعد عن الوسواس وللخروج من خلاف من أوجبه
“Dianjurkan mengucapkan apa yang diniatkan sesaat sebelum takbir untuk membantu hati, karena hal itu dapat menjauhkan was-was dan untuk keluar dari perselisihan pendapat dengan pihak yang mewajibkannya.”
(Nihayatul Muhtaj, 1/457. Darul Fikr)
Imam Al Buhuti Al Hambali Rahimahullah mengatakan:
وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ وُجُوبًا وَاللِّسَانُ اسْتِحْبَابًا
“Tempatnya niat adalah di hati sebagai hal yang wajib, dan disukai (sunah) diucapkan lisan ..”
(Kasysyaf Al Qina’, 2/442. Mawqi’ Islam)
Sementara ulama lain, seperti Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:
وهي عمل قلبي محض لا دخل للسان فيه،والتلفظ بها غير مشروع
“Niat adalah murni perbuatan hati, bukan termasuk amalan lisan, dan melafazkan niat merupakan amalan yang tidak disyariatkan.” (Fiqhus Sunnah, 1/43. Darul Kitab Al ‘Arabi)
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah berkata:
التلفظ بالنية بدعة ، والجهر بذلك أشد في الإثم ، وإنما السنة النية بالقلب ؛ لأن الله سبحانه يعلم السر وأخفى ، وهو القائل عز وجل { قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ } . ولم يثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم ولا عن
أحد من أصحابه ، ولا عن الأئمة المتبوعين التلفظ بالنية ، فعُلم بذلك أنه غير مشروع ، بل من البِدَع المحدثة . والله ولي التوفيق .
“Melafazkan niat adalah bid’ah, dan mengeraskannya lebih berat lagi dosanya. Sunahnya adalah niat itu di hati, karena Allah Ta’ala Mengetahui rahasia dan yang tersembunyi.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Katakanlah apakah kalian hendak mengajarkan Allah tentang agama kalian? Dan Allah Maha mengetahui apa-apa yang di langit dan apa-apa yang di bumi.”
Dan, tidak ada yang sahih dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, tidak pula dari seorang pun sahabatnya, dan tidak pula dari para imam panutan tentang pelafazan niat.
Maka, telah diketahui bahwa hal itu tidaklah disyariatkan, bahkan termasuk bid’ah yang diada-adakan. Wallahu Waliyut Taufiq.” (Fatawa Islamiyah, 1/478. )
Demikianlah perbedaan pendapat dalam hal ini. Hendaknya kita lapang dada, silakan ambil sikap tapi jangan ingkari yang berbeda.[ind]