ChanelMuslim.com – “Ummi tahu nggak artis cantik sekali lalu pakai jilbab syar’i. Tapi tetap saja cantik dan tetap main dengan teman-teman sesama artis. Dia nggak tiba-tiba jadi ansos. Lalu dia tetep saja pakai tas hermes,” kata anakku.
Aku ikut berkomentar, “Oh ya, siapa namanya? Ya, hebat ya itu namanya berubah karena prinsip. Temannya terima dia atau menolak?”
Anakku menjawab, “Mereka tetap saja main. Ummi kebayang nggak ada yang pakai jilbab syar’i, ada yang pakai baju ketek-ketek tetap kongkow-kongkow.”
Aku, “Mantap itu, sekarang saja Ummi dah nggak pernah main sama teman yang pakai tank top.”
Anakku, “Berarti Ummi kurang bagus ya? Pilih-pilih teman.”
Yang bagus tuh si artis juga temannya. Kenapa kita harus jadi nggak main sama teman yang tiba-tiba pakai baju beda, yang tiba-tiba pakai jilbab lebih panjang? Emang kita main sama orangnya atau bajunya?
Kenapa pula kita jadi berubah dan galak sama orang yang prinsipnya beda, pilihan partai politik beda bahkan menghina dan kesal serta maksa untuk dia sama dengan kita. Lah, kita main sama orangnya atau partainya?
Kadang kita nih nggak bisa membedakan antara profesionalisme, Mengaku demokratis tapi sebetulnya masih rasis.
Ya, be profesionalisme saja. Tidak usah mengaitkan segala hal jadi satu kesatuan. Maksa pula.
Jadi penasaran ingin tahu lebih lanjut soal artis di atas yang cantik dan pakai kerudung panjang menutupi dada sesuai dengan surah Al Ahzab ayat 59. Dia saja bisa profesional masak kita nggak? Tetap saja main dan gaul sama siapa saja. Kita kan main sama orangnya bukan bajunya. Ih, si oneng.
Rasulullah bersabda, “Seorang mukmin cerminan dari saudaranya yang mukmin.” (HR al-Bukhâri)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: