Oleh: Kak Eka Wardhana, Rumah Pensil Publisher
ChanelMuslim.com–Menurut para psikolog, beberapa generasi yang lalu seluruh dunia tidak mengenal masa remaja seperti yang kita kenal sekarang. Mengapa demikian? Sebab di zaman itu pada usia belasan tahun seorang remaja sudah bekerja mencari nafkah. Bahkan sampai belasan jam per hari. Dengan kata lain, masa transisi dari anak-anak ke usia dewasa berlangsung singkat.
Mengapa sekarang usia remaja jadi lebih panjang? Sebab waktu pendidikan sekarang lebih panjang. Bila tidak melalui jalur pendidikan itu, orang sulit mendapat pekerjaan yang diharapkan. Selain itu pekerjaan zaman sekarang lebih rumit, dulu bila orang mau bekerja maka ia bisa bekerja. Kini orang harus punya keterampilan dulu baru bisa bekerja.
Kesimpulannya: di zaman dulu para remaja menghabiskan waktunya untuk bekerja, sementara di zaman sekarang para remaja menghabiskan waktunya untuk belajar di sekolah.
Di balik segala kelebihannya, remaja di zaman sekarang punya kelemahan mencolok di banding remaja zaman dulu: remaja sekarang mengalami apa yang namanya Krisis Identitas.
Menurut E. Erickson, Krisis Identitas adalah pencarian paling kritis di masa remaja. Dimana remaja harus memutuskan siapakah dirinya sebenarnya, dan bagaimanakah peranannya dalam kehidupan nantinya.
Dalam bukunya, Atkinson menuliskan bahwa krisis identitas adalah upaya pencarian jawaban remaja terhadap hal-hal berikut ini:
• Siapakah saya?
• Kemanakah saya akan pergi?
• Apa yang penting dan pantas dikerjakan?
• Membuat standar evaluasi diri dan orang lain.
• Bagaimana harga diri saya?
• Bagaimana kompetensi saya?
Bagaimana gambaran pencarian identitas diri remaja ini?
Saat seorang anak berangkat remaja, sebenarnya ia sudah punya modal berupa identitas di masa kanak-kanak. Di masa kanak-kanak identitasnya ditentukan oleh standar moral yang diajarkan oleh orangtua. Perasaan harga diri yang tinggi di masa anak-anak juga berasal dari pandangan orangtua terhadap mereka. Bila di masa kanak-kanaknya orangtua menilai dengan pandangan positif, maka seorang remaja punya modal berupa harga diri dan standar moral yang juga positif. Demikian juga sebaliknya. Namun…
Namun ketika seorang menginjak usia remaja, ia akan berusaha lepas dari bayangan keluarga dan orangtua serta mencari identitas dirinya yang lebih pasti. Di saat ini penilaian teman-teman sebaya terhadap dirinya menjadi lebih penting. Tetapi di saat yang sama penilaian guru dan orangtua juga tetap penting.
Nah, di sini kunci sukses seorang remaja mencari identitas diri: bila nilai dari orangtua, guru, orang dewasa yang berpengaruh dan teman-teman sebayanya sejalan, pencarian identitas diri akan lebih mudah. Tetapi bila nilai-nilai itu saling bertentangan: misalnya penilaian orangtua dan teman sebaya tidak sejalan, timbullah konflik.
Akibat konflik ini remaja jadi bingung akan peran dirinya. Ia akan mencoba peran yang satu ke peran yang lain berganti-ganti. Bila konflik ini membesar, bukan tidak mungkin seorang remaja akan putus sekolah, misalnya. Sebab ia harus memikirkan apa yang ingin ia perbuat dan ia merasa perlu bereksperimen dengan peran hidupnya.
Para remaja yang ikut kegiatan keagamaan seperti Remaja Masjid atau kegiatan sosial seperti Sukarelawan Bencana Alam atau ekstra kurikuler di sekolah akan lebih terbantu menemukan identitas dirinya. Sebab kegiatan bersama teman-teman dalam identitas yang sama seperti itu akan membuatnya lebih mudah menghindari konflik identitas.
Akhirnya ada 3 tipe remaja melalui krisis Identitas ini:
1. Kelompok yang melaluinya dengan baik. Remaja di kelompok ini adalah mereka yang menerima nilai-nilai dari orangtua tanpa banyak konflik. Sebab sejak masa kanak-kanak identitas mereka sudah jelas dan tertanam kuat.
2. Kelompok yang mengalami Identitas Menyimpang. Remaja di kelompok ini mengambil identitas yang bertentangan dengan nilai masyarakat. Narkoba dan pergaulan bebas adalah salah satu contoh pelarian mereka.
3. Kekompok yang mengalami kebingungan identitas lebih panjang. Remaja kelompok ini mengalami fase kebingungan identitas yang lebih panjang. Mungkin menjelang selesai masa kuliah, masalah tersebut baru teratasi.
Ayah dan Bunda, ternyata kunci agar anak-anak remaja kita terhindar dari krisis identitas yang parah adalah pendidikan yang baik sejak masa kanak-kanak. Selain itu juga diperlukan pendampingan orangtua saat masa remaja serta memilih lingkungan serta teman pergaulan yang baik.
Yuk, didik anak-anak dengan baik sejak kecil dan dampingi mereka melalui masa remaja agar krisis identitas mereka terlalui dengan baik dan aman.
Salam Smart Parents!
[ind]