ChanelMuslim.com- Dua orang kakak beradik duduk beristirahat di trotoar jalan. Keduanya tampak lelah setelah berjalan kaki menuju Monas. Dan yang dituju sudah tampak jelas di depan mata.
“Kak, begitu banyak orang berjalan ke arah Monas, apa di sana ada sembako gratis?” ujar sang adik yang menoleh ke kiri dan kanan mengikuti arus pejalan kaki yang melewatinya.
“Gak ada,” jawab sang kakak, singkat.
“Apa di sana ada artis keren yang mau nyanyi lagu top?” tanya sang adik lagi.
“Gak ada,” jawab sang kakak, lagi.
“Apa di sana akan ada pertunjukan kembang api yang spektakuler?” tanya sang adik.
“Gak ada,” jawab sang kakak.
Sang adik tampak bingung. Ia tidak menemukan alasan yang pas untuk bisa menyetujui kenapa begitu banyak orang yang berjalan tenang menuju Monas.
Padahal, sang adik sudah mengeluarkan tenaga maksimal sejak Subuh tadi. Ia sarapan sekenanya, naik kereta listrik begitu berjubel, dan kini sedang melepas lelah setelah berjalan jauh.
Tapi sampai kini, ia belum menemukan alasan yang pas kenapa ia dan orang-orang ini mau bersusah payah pergi ke Monas.
“Dik, kita ke Monas bukan karena ada sembako gratis. Bukan juga akan ada artis yang bernyanyi lagu top. Juga gak ada pertunjukan kembang api spektakuler,” ungkap sang kakak yang disimak begitu serius sang adik.
“Kita dan semua saudara-saudara kita ke Monas karena ingin mengungkapkan satu suara yang sama, satu rasa yang sama, satu protes yang sama,” jelas sang Kakak.
“Memangnya mau bersuara apa, Kak?” tanya sang adik, memotong pembicaraan kakaknya
“Satu suara tentang ketidakadilan. Satu suara tentang kesedihan bahwa Islam bukan kaum radikal, bukan anti Pancasila, bukan teroris, bukan anti persatuan, dan bukan-bukan yang lain,” pungkas sang kakak yang diiringi anggukan sang adik.
“Hmmm, Kak! Nanti kita dapat kaos sama topi, gak?” tanya sang adik, lagi.
Sang kakak menatap lekat wajah adiknya yang begitu tampak lugu. Tangan kanannya membelai rambut keriting sang adik sambil senyum.
“Adikku, suatu saat kamu akan paham bahwa Monas itu bukan sekadar Monumen Nasional yang kini kehilangan arah diombang-ambing khayalan kekuasaan. Tetapi, Monumen Akal Sehat yang kini dirindukan rakyatnya,” pungkas sang kakak sambil tetap membelai rambut sang adik. (muhammad nuh)