AJARI anak hadapi apa yang ada di depan mata. “Mengapa kamu begitu sulit diberitahu, apakah harus dengan kekerasan baru kamu mengerti?
Sudah beberapa kali ayah katakan padamu bahwa kamu harus melakukan ini semua dengan serius, jangan hanya bermain-main saja, menutup telinga dan seakan apa yang ayah katakan ini hanya gurauan saja,” dengan marah, ayah Imran menasihati anaknya panjang lebar.
Kemarahan sang ayah lantaran Imran terancam tidak naik kelas pada tahun ini sementara kesempatan hanya diberikan satu kali lagi oleh gurunya, yaitu pada final test yang harus dihadapi dua bulan lagi.
Itupun semua nilai harus mencapai angka minimal 90. Hal ini begitu sulit dirasakan karena Imran memiliki tabiat kurang tekun belajar sehingga rasanya akan sulit dicapai.
Ayah sangat putus asa, ketika ibu dengan wajah cemberut meminta ayah untuk berbagi tugas. Ayah mendidik Imran dan Faisal, anak pertama dan kedua sedangkan ibu mendidik Inas dan Sakinah.
Maksud ibu, mengingat bahwa semakin dewasa anaknya maka semakin sulit pelajarannya. Ibu yang juga bekerja di kantor pemerintahan, walaupun bisa pulang lebih awal daripada ayah yang bekerja jauh di ujung kota, ibu menginginkan agar anak-anak perempuan ibu yang didik, sementara ayah mendidik anak lelaki.
Ibu sudah membuat plan, pagi belajar apa saja dan malam setelah magrib belajar apa saja, namun ibu dan kedua anak perempuannya merasa pusing karena di ruang tamu yang disulap untuk ruang belajar oleh ayah dan kedua anak lelaki, seringkali terdengar bentakan, teriakan, hujatan.
Ayah terlihat sangat marah ketika membaca surat dari gurunya bahwa Imran diduga tidak akan naik kelas, sementara Faisal seringkali bolos dari pelajaran ekskul sehingga nilai ekskul Faisal dinyatakan TL alias tidak lulus.
Yaa, nilai ekskul memang tidak begitu penting bila dibandingkan dengan nilai-nilai akademik lainnya, namun ayah sudah sangat gusar melihat keduanya.
Ayah yang superior dan berhasil dalam segalanya di luar rumah merasa gagal dalam mendidik anak. Ayah adalah kepala rumah tangga yang dihormati dan cakap dalam memimpin permasalahan di kampungnya.
Selain itu, di kantornya, ayah termasuk pemimpin yang dipromosikan terus karena ayah sangat piawai dalam bidangnya.
Di masyarakat, ayah juga termasuk orang yang dihormati karena ayah salah satu pendiri sebuah organisasi kemanusiaan yang bergerak dalam bidang skill dan sumber daya manusia.
Namun tetap saja, ayah merasa gagal di rumah, terutama gagal dalam mendidik anak.
“Masa anak direktur utama tidak naik kelas, ..? Jangan bikin malu ayah dong?!” Demikian ayah mengungkapkan dengan sura keras.
Ayah sangat kecewa dengan Imran. Dalam hati ayah, Faisal juga cukup mengecewakan, namun tidak separah Imran.
Bedanya Imran dengan Faisal adalah Faisal pendiam dan tidak membantah, bila disuruh belajar pun Faisal mau belajar walaupun hasilnya tidak maksimal.
Sedangkan Imran yang susah sekali disuruh belajar sehingga kemarahan ayah pada Faisal tidak begitu semeledak bila menghadapi Imran yang pandai berdebat: “Debat kusir!” rutuk ayah dalam hati.
Imran, entah mengikuti siapa, mempunyai sifat yang keras dan suka membangkang. Hal ini membuat ayah sangat kewalahan.
Kalau ayah bicara satu, Imran akan menjawab seribu dan pergaulannya yang luas kerapkali membuatnya menjadi pandai mengungkapkan dan menyetir kalimat-kalimat yang tentu saja membuat ayah semakin dongkol.
Seperti suatu kali Imran pernah berkata; “didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, jadi ayah tuh harus tahu bahwa anak-anak zaman sekarang itu harus dididik dengan menggunakan teknologi, sedangkan di kelas itu sangat konvensional, jadi tak heran kalau pelajaran itu sangatlah amat membosankan. Dan juga suara gurunya kecil yah, jadi tidak hanya Imran, semua anak juga tidak bisa mendengar. Ayah harus paham dong, jangan hanya marah-marah saja.”
Di hari lain Imran mengatakan; “bersabarlah, sesungguhnya orang sabar disayang Allah, ayah harus tahu bahwa Imran ini murid yang sangat sabar di dalam kelas, kalau teman-teman sudah dapat buku, Imran belum, yaa Imran mengalah. Dan Imran juga bersabar ketika dapat nilai jelek, Imran tidak gusar tidak juga marah pada gurunya, Imran ikhlas ayah. Imran yakin keikhlasan Imran ini bisa mendatangkan buah di surga kelak.”
baca juga: Mengenal Gaya Pengasuhan Slow Parenting
Ajari Anak Hadapi Apa yang Ada Di depan Mata
Dan ada kata-kata Imran yang menurut ayah sangat keterlaluan, karena walaupun yang dikatakan Imran benar namun tidak based on reality, yaitu ”semua ilmu ini kan yang bikinan manusia, maka belum tentu benar, pasti ada salahnya, buat apa kita berlelah-lelah untuk mengikuti pikiran manusia sedangkan manusia itu adalah khoto ‘kullu bani adam khoto’ setiap anak Adam bersalah.”
Kata-kata tersebut diungkapkan dengan gagah berani ketika Imran membela diri saat nilai pelajaran PPKN mendapat 25 dari angka 100.
Dalam hati ibu, Inas dan Sakinah yang berada di ruang makan yang juga disulap jadi ruang belajar merasa tertegun dan meringis juga merasakan bahwa kalimat Imran ada benarnya.
Seringkali ibu berpikir bahwa Imran memiliki bakat sebagai politikus atau penceramah, yang kalimat-kalimatnya bisa membuat orang tertegun dan berpikir lain.
Namun bagi ayah, semua kalimat Imran itu menjengkelkan.
“Ayah perlu yang ril, apapun kalimatmu, yang penting kenapa nilai kamu paling buruk dalam kelas?“ Ayah pun dengan gusar membentak Imran,
”Sudahlah, kamu hanya pandai berdebat, kemampuan kamu berdebat kamu pakai untuk mematahkan omongan ayah dan ayah itu hanya ingin melihat kamu jadi orang sukses Imraaaan. Kamu kan baru kelas 1 SMU, masa musti tidak naik kelas, nanti kamu sama dengan Faisal tingkatannya, apa kamu tidak malu?”
Imran membantah lagi, ”bagaimana bila saya pindah sekolah saja ayah, agar saya juga memiliki kawan yang banyak, karena kata Rasulullah memperpanjang silaturahmi juga membuat rejeki kita menjadi lebih baik,” usul Imran dengan wajah tidak merasa bersalah.
“Yaa Allah, Imran… itu namanya kamu melarikan diri dari kenyataan, sudah, yang penting apa yang ada di depan mata kamu! Matematika bab satu sampai delapan kamu pelajari, ayah akan carikan kamu guru privat dan kamu belajar setiap pulang sekolah.
Lalu bahasa Inggris kamu juga ikut kursus, dan semua pelajaran yang sifatnya hafalan, kamu hafalkan jangan malas. Kuncinya itu karena kamu malas, masa SMU saja sampai 4 tahun, padahal ayah tahu kamu itu tidak bodoh, hanya kamu malas, dan tolong kamu lihat lagi semua pelajaran yang sudah kamu pelajari di kelas, kamu ulangi lagi dan siapkan untuk final test 2 bulan lagi. Ayah tidak mau tahu.”
Ayah nampak putus asa, dan sudah tiga hari ini ayah melamun memikirkan kedua anaknya yang sudah beranjak remaja.
Sebetulnya Faisal, anak kedua ayah yang tahun ini akan mengambil ujian nasional di kelas 3 SMP, juga bermasalah di sekolah.
Bahkan guru-guru juga angkat tangan, namun ancaman tidak lulus SMP tidak ada, hanya dikatakan bahwa Faisal bermasalah dan malas juga kurang motivasi.
Alhamdulillah nilai akademik Faisal walaupun sedikit menurun, namun tidak terlalu parah.
Sehingga guru-guru memutuskan untuk memberitahu orangtua Faisal agar Faisal dimotivasi di rumah dan dia diikutkan dalam bimbel tambahan di sekolah menghadapi ujian nasional yang mencekam bagi semua anak didik di Indonesia.
Akhirnya, diam-diam Imran menulis surat pada ayah, ”Ayah, aku tahu bahwa aku telah mengecewakan ayah, namun percayalah suatu waktu nanti aku akan menjadi orang yang berhasil kerena kelebihanku dalam hal berpikir dan bicara yang sama sekali tidak pernah ayah perhitungkan.
“Buatku belajar dengan pelajaran yang sifatnya menghafal sangat membosankan, aku jenuh ayah, namun aku akan belajar sungguh-sungguh agar ayah senang. Hanya saja, kalau bisa masukkan aku ke sekolah yang bisa menampung kesenanganku, hobiku membaca, berpikir dan bicara.
Aku ingin jadi trainer ayah, banyak sekali kawan-kawan yang ada masalah dalam hidupnya yang sudah aku motivasi dan mereka merasa hidupnya lebih cerah. Ayah, nanti akan kusandingkan nama ayah bila aku jadi trainer yang memotivasi seluruh anak Indonesia.
Lihat posternya yaa ayah, ‘Imran Raharja Joyokusumo, trainer motivasi’ pengganti Mario Teguh pada tahun 2020.”
Ibu yang ikut membaca surat dari Imran ikut berlinang airmata, sedangkan ayah hanya menghela nafas pelan. Ibu pun berkata ”biarlah dia berkembang sesuai dengan bakat yang dimilikinya.”
Namun ayah menyanggah, ”ah, ibu ini terlalu melankolis! Selesaikanlah dulu SMU-nya, baru kita pikirkan hendak jadi apa dia.”
Memang benar, anak disaat usia remaja sangat memilki impian yang berbagai macam.
Bila tidak kita kelola dan bantu arahkan mimpi-mimpinya, maka dia akan lupa bahwa saat ini tugasnya adalah belajar dan belajar.
Selesaikan dulu semua tugas belajar di peringkat sekolah menengah atas, soal mau jadi apa dia nanti, itu adalah pembicaraan yang akan datang.
Toh setiap anak sudah memiliki rezekinya masing-masing termasuk hendak jadi apa dia dan bagaimana dia.
Insya Allah tidak usah menyita pemikirannya dan membuat dirinya lalai dari tugas utama yaitu belajar.
Yaa, waktu untuk menggapai cita-citanya masih panjang, yang terpenting ajar anak untuk hadapi apa yang ada di depan mata.
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah: 153)
From the book: Sekolah Ideal untuk Anakku, Fifi P. Jubilea, Yayasan JISc
(26 Juni 2015)
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok:
https://www.tiktok.com/@mamfifi_jisc