IBU itu sangat mulia karena mengandung, melahirkan, dan merawat bayinya. Dan lebih mulia lagi jika ia mampu mendidik dan menentukan arah gerak anak-anaknya.
Di abad kedua hijriyah, ada seorang ibu yang begitu fenomenal. Ia adalah istri khalifah Al-Mahdi dari Khilafah Abbasiyah, sekaligus sebagai ibu dari dua khalifah berikutnya.
Ibu itu bernama Khaizuran. Lahir sekitar tahun 170 hijriyah dan tinggal di wilayah Yaman. Ia bisa berjodoh dengan Khalifah Al-Mahdi setelah bekerja di Istana Abbasiyah di Bagdad sebagai petugas perpustakaan.
Wawasan keilmuannya memang luar biasa. Ia banyak belajar dari para tokoh ulama di Bagdad saat itu. Ia bukan hanya memahami ilmu-ilmu Islam, tapi juga ilmu politik dan kenegaraan.
Meski Khalifah Al-Mahdi sudah punya istri sebelumnya, ia lebih memilih Khaizuran sebagai ibu negara. Hal ini karena wawasan keilmuannya itu. Bahkan, ia kerap mengikuti rapat negara mendampingi suaminya.
Ibu Dua Khalifah
Pernikahannya dengan Khalifah Al-Mahdi menjadikannya ibu dari tiga anak: satu putri dan dua putra. Sayangnya, putrinya wafat saat masih kecil.
Dua putranya itulah yang akhirnya menjadi khalifah menggantikan suaminya yang wafat. Dua putranya itu bernama Musa Al-Hadi dan Harun Al-Rasyid. Singkatnya, dua putranya itu bernama Musa dan Harun, merujuk pada Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassalam.
Menjadi ibu dua khalifah itu bukan terjadi begitu saja. Melainkan dengan jerih payah yang luar biasa. Khaizuranlah di balik kesuksesan pendidikan dua putranya itu: keilmuan dan karakter atau perilaku.
Ia rela mengantarkan dua putranya ikut belajar di sejumlah ulama, seperti Imam Malik, Sufyan Ats-Sauri, dan lainnya. Bukan hanya mengantar, tapi juga ikut mendampingi dua putranya belajar. Ia berada di sebuah ruangan tersendiri yang bisa dilihat oleh dua putranya.
Hal itu ia lakukan selama bertahun-tahun hingga dua putranya bisa ‘dilepas’ untuk belajar sendiri, tanpa pendampingan ibunya.
Setelah suaminya wafat, khalifah penggantinya adalah putranya bernama Musa Al-Hadi. Musa menjadi khalifah tak lama. Hanya sekitar satu tahun. Kemudian digantikan oleh putra berikutnya: Harun Al-Rasyid.
Bisa dibilang, di masa Khalifah Harun Al-Rasyidlah peradaban Islam mencapai masa puncaknya. Dari segi keislaman, sains dan teknologi, politik dan militer.
Pencetus Maulid Nabi
Para ahli sejarah mencatat bahwa pencetus peringatan Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Khaizuran. Hal itu ia perintahkan saat berkunjung ke Madinah sebagai ungkapan kecintaan kepada Rasulullah dan syiar Islam. Acara dilakukan di Masjid Nabawi.
Begitu pun ketika ia berkunjung ke Mekah. Ia mengajak umat Islam untuk memperingati Maulid Nabi di rumah masing-masing.
**
Menjadi ibu itu sudah sangat luar biasa. Terlebih lagi jika ia mampu mendidik dan mengarahkan masa depan anaknya.
Kunci keberhasilannya bukan pada sarana yang tersedia. Melainkan pada kegigihan dan kesabarannya. Meskipun tidak semuanya bisa berhasil, setidaknya ia sudah berusaha. Dan hal itu menjadi ‘jihad’ yang luar biasa. [Mh]





