IRAN menangkap 700 orang yang diduga agen Mossad saat perang dengan Israel. Kisah mereka menyusup ke Iran ternyata bukan hal baru. Bahkan, beberapa di antara mereka wanita.
Israel terkenal dengan kepiawaian agen Mossadnya. Mereka kadang bermitra dengan CIA atau intel Amerika, kadang dalam tim mereka sendiri.
Berikut ini dua agen Israel yang berhasil menyusup ke Iran. Bukan sekadar masuk ke negara Iran, tapi juga menjadi ‘orang penting’ dalam lingkungan pejabat tinggi Iran.
Efra Tamar
Efra disusupkan Israel ke Iran sejak masih belia. Wanita keturunan Yahudi Israel ini sekolah dasar hingga menengah di Iran. Sehari-hari, ia biasa berkerudung selayaknya muslimah di Iran.
Selesai menamatkan sekolah menengah atas, Efra kuliah di Prancis jurusan Fisika Nuklir. Selama di kampus, Efra aktif di berbagai kegiatan kampus.
Menariknya, Efra begitu anti dengan Israel dan Amerika. Ia beberapa kali memimpin demo aktivis mahasiswa anti Israel di Prancis. Bahkan, sempat ditahan aparat kepolisian di sana.
Rupanya, hal ini memang bagian dari program intelnya. Tujuannya sebagai biodata sosok dirinya yang nantinya akan ‘ditawarkan’ ke pemerintah Iran.
Efra yang berpaspor Iran kembali ke Iran selesai menamatkan kuliahnya di Prancis. Ia kemudian melamar kerja di Badan Nuklir Iran, cocok dengan kompetensinya.
Pemerintah Iran tidak sembrono menerima calon pegawai. Terlebih lagi yang berkenaan dengan nuklirnya. Iran memeriksa biodata Efra secara seksama.
Di sinilah, pihak Iran terkecoh dengan biodata ‘pencitraan’ Efra yang seolah sangat anti Israel dan Amerika. Meskipun biodata itu asli, atau bukan manipulasi.
Ketika berhasil masuk ke lembaga nuklir Iran, Efra mempelajari dengan seksama semua hal tentang data rahasianya. Mulai dari tingkat produksi nuklirnya, para ahli, termasuk lokasi penyimpanan.
Kalau saja tidak karena kesalahan sepele, Efra akan masuk lebih dalam lagi ke program nuklir Iran. Hal sepele yang akhirnya membuat dirinya tertangkap yaitu ketika Efra mabuk berat dalam sebuah pesta dengan teman-temannya di sebuah tempat.
Dalam keadaan mabuk itu, Efra mengoceh dalam bahasa Ibrani. Hal-hal yang semestinya ia rahasiakan, ia buka tanpa sadar.
Setelah tertangkap, polisi Iran menggeledah rumah Efra. Ternyata, di rumah itu ditemukan sejumlah disket atau data-data elektronik tentang nuklir Iran yang mungkin sudah terkirim ke Israel. (bersambung) [Mh]