USTAZ Dr. Fahmi Islam Jiwanto menjelaskan bahwa puasa adalah tentang sabar dan syukur.
Iman terdiri dari dua bagian, sebagiannya dalam kesabaran dan sebagiannya dalam syukur.
Salah satu keutamaan puasa adalah bahwa ia mencakup kedua hal tersebut sekaligus.
Adapun tentang bagaimana puasa mengandung unsur kesabaran, hal ini sudah jelas bagi semua orang, karena menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa membutuhkan kesabaran.
Sedangkan tentang bagaimana puasa mengandung syukur, hal ini ditunjukkan dalam hadis Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Ibnu Abbas berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tiba di Madinah, lalu beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura.
Beliau bertanya: “Apa ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah hari agung, hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun beserta pengikutnya. Maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai bentuk syukur.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Maka beliau berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu. (HR. Ahmad).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Dalam hadis ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengakui bahwa puasa merupakan salah satu bentuk syukur kepada Allah Ta’ala, sehingga beliau melakukannya dan memerintahkan umatnya untuk melaksanakannya.
Demikian pula ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang puasa hari Senin, beliau bersabda:
Itu adalah hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkan wahyu kepadaku. (HR. Muslim).
Beliau berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur kepada Allah.
Hakikat syukur menurut para ulama adalah mengakui nikmat dari Sang Pemberi Nikmat secara khusus.
Ada pula yang mengatakan bahwa hakikat syukur adalah memuji Pemberi Nikmat dengan menyebut kebaikan-Nya.
Puasa Adalah Sabar dan Syukur
Baca juga: Tips Olahraga Tetap Nyaman Selama Berpuasa
Syukur seorang hamba kepada Allah Ta’ala adalah pujiannya kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadanya, sedangkan syukur Allah kepada hamba adalah pujian-Nya kepada hamba atas amal saleh yang dilakukan.
Syukur seorang hamba secara hakiki terdiri dari:
– Syukur dengan hati: Mengakui nikmat Allah dan meyakini sepenuhnya bahwa semua nikmat berasal dari-Nya.
– Syukur dengan lisan: Memuji Allah, berzikir, dan berdoa sebagai ungkapan syukur.
– Syukur dengan anggota tubuh: Melaksanakan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya.
Sebagaimana syair berkata:
أفادتكم النعماء مني ثلاثةً ** يدي ولساني والضمير المحجبا فالشكر بالقلب من خلال
Engkau mendapat tiga hal dari nikmatku: Tanganku, lisanku, dan hatiku yang tersembunyi.
Syukur merupakan tujuan yang diharapkan dari ibadah puasa. Allah berfirman:
“Bulan Ramadan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka berpuasalah. Barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka), maka wajib mengganti sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. Hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185).
Ibnu Katsir dalam tafsirnya, bahwa ayat ini menjelaskan jika seorang hamba melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan menjaga batasan-Nya, maka ia termasuk orang-orang yang bersyukur.
Tiga tujuan utama puasa dalam Al-Qur’an adalah:
– “Agar kalian bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183)
– “Agar kalian bersyukur” (QS. Al-Baqarah: 185)
– “Agar mereka mendapat petunjuk” (QS. Al-Baqarah: 186)
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk menjalankan puasa dengan baik, menegakkan salat malam, dan meraih keridhaan Allah.[Sdz]