ASAL usul beduk adalah alat musik tabuh, seperti gendang yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Biasanya dibunyikan sebagai pemberitahuan akan datangnya waktu shalat atau ibadah.
Saat ditabuh, beduk akan menghasilkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi bisa terdengar hingga jarak yang cukup jauh.
Menurut laman perpustakaan nasional, beduk pertama kali diperkenalkan oleh orang-orang Tiongkok di bawah komando Laksamana Cheng Ho.
Baca juga: Asal Usul Baju Koko
Asal Usul Beduk, Simbol Akulturasi Budaya di Indonesia
Cheng Ho dan pasukannya singgah ke Indonesia membawa budaya memukul beduk untuk mempersiapkan barisan tentara.
Penguasa Jawa pada kala itu pun meminta alunan suara beduk dapat diperdengarkan di masjid sebagai penanda sebelum memulai ibadah.
Pada zamannya, beduk dijadikan alat komunikasi tradisional terutama di Asia Timur, seperti Tiongkok, Korea dan Jepang untuk dijadikan alat ritual keagamaan.
Beduk sebagai penanda akan datangnya waktu shalat. Sebuah catatan pelayaran Belanda yang pertama ke Nusantara, yaitu Cornelis de Houtman mencatat keberadaan beduk, boning, gender dan gong. Di dalam catatan tersebut, ditulis bahwa beduk populer di daerah Banten, Jawa Barat.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sejarawan Belanda Kees Van Dijk dalam bukunya Perubahan Kontur Masjid, serta Peter JM Nas dan Martien de Vletter dalam bukunya berjudul Masa Lalu dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia, menerangkan dahulu masjid-masjid di Asia Tenggara termasuk Indonesia tidak memiliki menara.
Sebagai gantinya, Wali Songo melengkapi masjid-masjid dengan sebuah genderang besar (beduk) yang dipukul sebelum azan dikumandangkan.
Fungsi beduk ini mempercepat penerimaan masyarakat terhadap agama Islam dengan mengakomodasi seni, budaya, adat tradisi yang ada kala itu. [Din]