CITA-CITA itu ‘mimpi’ yang belum terwujud. Sakralkan ‘mimpi’ itu.
Di sebuah desa, ada seorang anak sekolah dasar yang sedang membuat tulisan tentang cita-citanya. Hal itu merupakan tugas dari gurunya. Bukan hanya anak itu, begitu pun teman-teman kelasnya.
Setiap hari ia berjalan kaki ke sekolah sekitar satu jam. Rumahnya berada jauh di balik bukit. Orang tuanya hanya buruh tani.
Namun begitu, ia menyimpan mimpi besar untuk masa depannya. Ia ingin suatu saat nanti menjadi pengusaha olahan pangan nasional. Punya banyak lahan pertanian, punya pabrik pengolahan lahan, dan punya jaringan perdagangan pangan nasional.
Tugas itu pun ia serahkan ke gurunya. Begitu pun dengan siswa-siswa lainnya.
Namun, tugas anak desa ini dinilai gagal oleh gurunya. Alasannya, tulisan cita-citanya itu terlalu muluk-muluk.
“Coba buat tulisan tentang cita-citamu yang lebih realistis dan uraikan bagaimana mencapainya,” ungkap sang guru.
Maksud sang guru, agar anak itu mampu menjelaskan bagaimana dia bisa mencapai cita-cita yang diinginkan. Suatu saat, cara mencapai cita-cita ini sangat bermanfaat buat sang anak. Anak ini diberikan waktu tiga hari untuk memperbaiki tulisannya.
Tentu saja anak desa ini kecewa. Memang, ia hanya menuliskan mimpinya ketika besar nanti. Dan mimpi itu ingin sekali ia wujudkan.
Ia pun menceritakan hal itu ke ayahnya. Ayahnya memberikan semangat, “Cita-cita itu sakral, suci, anakku. Kau harus memperjuangkannya!”
Tiga hari kemudian, anak desa itu menyerahkan kembali tugas tulisannya ke gurunya. Tapi sebelum ia serahkan, ia mengatakan sesuatu ke gurunya, “Silakan bapak tidak kasih nilai tulisan cita-citaku ini. Tapi, aku akan tetap ingin mewujudkan cita-citaku itu!”
**
Mimpi, semangat, gigih, dan tawakal merupakan rangkaian cerita sukses hidup seseorang. Jadikan mimpi hari ini sebagai kenyataan hari esok.
Berapa banyak orang ‘besar’ saat ini dahulunya orang ‘kecil’. Perubahannya dimulai dari keadaan jiwa mereka.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri….” (QS. Ar-Ra’d: 11) [Mh]