NETFLIX ala ala JIBS. Jadi anak boarding karena hidupnya di situ-situ saja membutuhkan lot of creativities, dan enggak semua harus berupa uang.
Jadilah anak-anak SMP Jibbs and Jigsc buat short movie, tentang kehidupan sehari-hari, moral, akhlak, dan hal-hal lucu yang ngagetin, termasuk sedikit horor di dalamnya.
Saya memberi semangat kepada anak-anak, bahwa kreativitas mereka semua didahului oleh kakak angkatan yang sudah lulus dari Unpad yang menjadi produser salah satu film, bahkan dua karyanya antara lain “Bila Esok Ibu Tiada” yang cukup menghanyutkan dan memeras airmata.
Baca juga: JIBS Movie Festival 2025: Wadah Kreativitas Santri dalam Menghasilkan Karya Film Berkualitas
Saya juga menekankan apa yang kita buat dan kita lakukan sekarang akan juga jadi movie di akhirat dengan pemainnya kita sendiri dan akan diminta semua pertanggungjawaban dari semua movie yang kita mainkan sehari-hari.
Nah, di situlah terdapat pesan kuat “Allah is watching you.“
Nah, yang seperti ini membutuhkan effort tapi bahagia karena mengisi kekosongan hati dan waktu dan akal dengan buat film khan jadinya berfikir dan mikir. Juga ada tukar fikiran sehingga timbul sebuah hasil yang dapat dirasakan dan dilihat bersama.
Kalau di JISc secara keseluruhan namanya Sesco. Kalau di cabang di boarding school kami, namanya JMF: Jibs Movie Festival.
Setelah Movie, selesai kita sewa gedung deh untuk menayangkan movie-movie karangan anak-anak dan kita ajak parents dan handai taulan untuk nonton.
Netflix ala ala Jibs
Memang movie buatan anak boys dengan girls beda. Kalau yang boys dia ada nuansa sport, study, kompetisi dan fight (martial art).
Kalau movie ala girls biasanya tentang anak baru yang cantik tapi dimusuhin, tentang horor di sekolah, friendship dan rumah tangga.
Lucu aja nontonnya. Yang keren akupun dapat award juga dari guru-guru, katanya; Mam Fifi is the best Creator, Producer dan Scripter terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah Jibbs and Jigsc.
# Pinter-pinter murid da gurunya, enggak heran kalau lulusannya jadi ketua senat, ketua BEM, ketua Persatuan Pelajar di Eropah dll, enggak heran juga kalau yang boys 98% masuk PTN, kalau yang girls-nya 100% masuk PTN.