Oleh: Siti Faizah – Ketua Umum ormas Salimah.
BANYAK perempuan-perempuan hebat yang lahir di seluruh dunia, bahkan sejak zaman Rasulullah SAW. Contohnya seperti bunda Khadijah istri Rasulullah, yang rela mengorbankan segalanya demi sang Nabi.
Meneladani perempuan-perempuan terbaik dapat menjadi cara untuk perempuan di seluruh dunia untuk bangkit dan membuktikan bahwasannya perempuan juga dapat bersinar di sisi Allah SWT.
Baca juga : Dorong Pemberdayaan Perempuan, LAZ Al Azhar Gulirkan Program Bunda Sejati
Meneladani Perempuan-perempuan Terbaik
Allah Ta’ala memberi keistimewaan kepada sebelas isteri Nabi Muhammad SAW sebagai ‘Ummahatul Mukminin’, ibu kaum mukminin.
Penghormatan dari Dzat Maha Menakdirkan, mereka haram dinikahi kaum mukminin selamanya, sebagaimana pengharaman menikahi ibu kandung.
Perempuan pertama masuk Islam, Khadijah binti Khuwailid. Salah satu perempuan terbaik sedunia, tokoh terkemuka, penghuni surga paling utama.
Allah hadiahkan rumah di surga selagi ia hidup. Kemuliaan hidup, cinta, harta, tahta, keturunan, kekuatannya untuk mendukung dakwah Islam, tatkala manusia menolak dan membenci Islam dan Muhammad SAW.
Malaikat Jibril datang membawa gambar Aisyah RA. Satu-satunya gadis yang Nabi SAW nikahi. Ayat-ayat Al Qur’an hanya turun di rumah Aisyah tidak di rumah istri lainnya.
Saat sakit, wafat dan bahkan makam beliau di kamarnya. Ia ahlil Qur’an, memahami kewajiban, halal, haram, fiqh, kedokteran, syair, sejarah, kisah dan nasab Arab.
Beliau meriwayatkan 2210 Hadits. Mengenai kecemburuan Aisyah, ‘Sesungguhnya pencemburu itu tidak bisa melihat bagian bawah lembah dari atasnya,’ sabda Nabi SAW.
Jaminan kesucian dan kebersihan Aisyah terkait peristiwa ifk turun dari langit, terdapat dalam Surat Annur ayat 11-19. Hilangnya kalung Aisyah menyebabkan turun ayat tayammum.
Usaid bin al Hudhair berkata, ‘Semoga Allah memberi balasan yang baik kepadamu (Aisyah). Demi Allah, persoalan tidak terjadi padamu melainkan Allah menjadikan jalan keluar darinya untukmu dan keberkahan bagi kaum muslimin di dalamnya.”
Keutamaan Hafshah diakui Aisyah RA bahwa ia putri ayahnya, Umar bin Khottob RA. Ada tujuh orang dari keluarganya yang mengikuti Perang Badar.
Gemar bersedekah dengan harta yang ia wakafkan di Al Ghabah, sebuah tempat di utara Madinah al Munawwarah.
Perempuan pertama yang hijrah, Ummu Salamah. Perempuan yang bernama asli, Hindun sangat dermawan juga pencemburu.
Setiap selesai shalat ashar, Rasul SAW pertama kali mendatangi rumah isteri paling tua. Tatkala safar, dengan senang hati ia membawa seluruh perbekalan guna mencukupi kebutuhan rombongan.
Saat menikah dengan Nabi SAW, ia memiliki 3 anak dari suaminya. Dalam peristiwa Hudaibiyah, ia memperlihatkan pendapat brilian, agar Nabi SAW menyembelih unta dan mencukur rambut, kemudian diikuti oleh para sahabat, di saat sebagian besar sahabat menentang beliau.
Tatkala Ubaidillah menjadi murtad, Ummu Habibah binti Abu Sufyan tetap teguh dalam Islam. Semakin sempurna keislamannya tatkala datang utusan An Najasyi meminangnya menjadi isteri Rasul SAW.
Surat Al Mumtahanah ayat 7 turun karena pernikahannya. Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Habibah RA, “Barangsiapa mengerjakan shalat dua belas rakaat sehari semalam, rumah di surga dibangunkan untuknya karena shalat-shalat tersebut.” Ia komitmen dalam menjalaninya sejak mendengar sabda Beliau SAW.
Sejak awal, Saudah binti Zam’ah RA masuk Islam. Rasul SAW menikahinya saat di Makkah. Sebagai isteri yang dermawan dan zuhud, rela menghibahkan jatah hari bersama suami kepada Aisyah RA.
Ketika ia tidak lagi menginginkan apa yang diinginkan isteri-isteri, hingga turun ayat 128 dalam Surat An Nisa’ yang membenar sikapnya.
Alkisah, suatu malam ia shalat di belakang Nabi SAW, saat ruku’ ia menahan hidung karena hawatir darah mengucur.
Allah Ta’ala menikahkan Zainab binti Jahsy dengan Rasul SAW melalui firman-Nya, Surat Al Ahzab 37. Bahkan ayat 53 tentang hijab turun karenanya.
Perempuan bernama asli, Barrah terampil menyamak dan melubangi kulit. Suaminya menyifati, ‘tangan panjang (banyak bersedekah)’.
Rasul SAW bersabda, “Sungguh, ia adalah wanita awwahah (khusyu’ dan merendahkan diri). Bahkan Aisyah RA mengakui kebaikan agamanya, jujur bicaranya, menyambung silaturahim, banyak bersedekah dan bertaqarrub kepada Allah Ta’ala dengan amal sedekahnya.
Perempuan yang sejak masa jahiliyah dijuluki ibu orang-orang miskin, Zainab binti Khuzaimah al Hilaliyah senang memberi makan masakin.
Kehidupannya bersama Nabi SAW sangat singkat, 8 bulan. Wafat usia 30 tahun, sebelum Rasulullah SAW. Turunnya ayat 50, Surat Al Ahzab terkait penyerahan diri perempuan, Maimunah binti Al Harits kepada Rasul SAW, dinikahi saat berumrah ke Makkah.
Perempuan terakhir yang dinikahi Rasul SAW wafat di Sarif saat Perang Al Harrah, tempat Nabi SAW menggaulinya dan ia wafat di sana.
Aisyah RA mengakuinya sebagai orang yang paling bertakwa dan paling menyambung silaturahim. Putri pemimpin Bani Al Mushthaliq, Juwairiyah binti Al Harits tertawan di Perang Al Muraisi.
Ia memerdekakan diri dengan pembayaran kredit. Meminta tolong kepada Rasul SAW, kemudian menjadi mahar bagi dirinya, sekaligus memerdekakan 100 budak dari kaumnya sebagai bukti keberkahan dirinya.
Ayahnya masuk Islam dan dikenal banyak bertasbih kepada Allah Ta’ala. Ayah Shafiyah binti Huyai, seorang pemuka Bani Nadhir, keturunan Nabi Harun, saudara Nabi Musa ‘alahimassalam.
Tertawan di Khaibar dan kemerdekaannya sebagai mahar atas pernikahannya dengan Rasul SAW. Kejujurannya diakui oleh Nabi SAW, ketika ia hendak menebus beliau yang sakit dengan dirinya.
Profil mereka laksana cermin bagi kaum perempuan dalam ketundukan kepada Allah Ta’ala, kepatuhan kepada Rasulullah SAW sebagai suami dan utusan-Nya. Kesyukuran yang menampakkan kemuliaan, nilai kebaikan, kebajikan dan kedermawanan.
Mereka memberikan yang terbaik dari kebaikan setiap pribadi. Sungguh berbahagia para perempuan terbaik. Sebagai isteri yang berjasa mendampingi lelaki ‘Al Amin’, berakhlak luhur, teladan sepanjang masa.
Berbahagialah perempuan terbaik masa kini, mempelajari sejarah untuk meneladaninya, mencontoh sepak terjang perjuangan dan kiprahnya, mematutkan diri ingin bersahabat dengan perempuan ahli surga, laksana magnet pengikat hati yang berharap jumpa dengan-Nya. [MRR/Salimah]