MESKI hanya perang dengan ormas, Israel sudah rogoh kocek sebesar 26,3 milyar dolar Amerika. Itu hanya dengan Hamas, belum termasuk dengan Hizbullah, Houthi, dan lainnya.
Satu tahun sudah perang yang lebih tepatnya genosida Israel terhadap Hamas di Gaza, Palestina. Menariknya, meski hanya perang dengan ormas, biaya yang dikeluarkan mencapai 26,3 milyar dolar Amerika. Setara dengan 412 triliun rupiah.
Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, kepada wartawan baru-baru ini. Dan pengeluaran itu hanya perang dengan Hamas, belum termasuk yang lain.
Menurut Bezalel, angka sebesar itu digunakan untuk membiayai pertahanan udara, Iron Dome, mobilisasi pasukan ke Gaza, dan serangan udara ke Gaza.
Menurutnya, pengeluaran sebesar itu tidak mempengaruhi keuangan Israel. Tapi, bank central Israel menyatakan hal berbeda.
Jika perang dengan Hamas terus berlanjut hingga tahun 2025, bank central memperkirakan akan memakan biaya sebesar seribu triliun rupiah lebih, jika dirupiahkan.
Angka ini sangat mempengaruhi keseimbangan keuangan yang dimiliki Israel. Lebih parah lagi, tak ada satu pun dari pihak Israel yang bisa memastikan kalau perang tidak berlanjut dan tidak melibatkan pihak-pihak baru.
Belum Termasuk Kerugian Boikot Produk Israel
Jangan anggap enteng dampak dari boikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Memang, hingga saat ini kerugian dari boikot sejak satu tahun ini angka pastinya belum ada yang mempublikasi.
Perkiraan kerugian yang disampaikan pihak dari luar Israel adalah sebesar 11,5 milyar dolar Amerika, atau setara dengan 180 triliun rupiah. Tentu angka yang realnya akan jauh lebih besar lagi.
Jika perang terus berlanjut, bukan tidak mungkin Israel, Amerika, dan Inggris bukan kalah karena persenjataan atau militer. Tapi karena kebangkrutan ekonomi. Belum lagi jika harga minyak mentah yang menjadi bahan baku energi mesin perang melonjak tinggi.
Inilah kenapa Israel menghitung cermat apa dampaknya jika mereka menyerang Iran. Ini lagi-lagi karena dampak lonjakan harga minyak yang pusatnya memang ada di teluk, termasuk wilayah Iran. [Mh]