HIDUP memunculkan dua wajah kesan: optimis dan pesimis. Kitalah yang memilih, mana yang baik untuk kita.
Sebuah vila begitu cantik. Terletak di antara dua sisi pemandangan yang begitu kontras. Satu sisi memperlihatkan pemandangan hamparan pegunungan yang molek. Sisi satunya tentang jurang yang dalam.
Dua tamu menginap di vila itu. Satu tamu menempati sisi yang memperlihatkan pegunungan. Satunya lagi di sisi yang menyuguhkan pemandangan jurang.
Meski berada di tempat yang sama, dua tamu itu memberikan kesan yang bertolak belakang tentang suasana vila.
Salah satunya mengatakan, “Luar biasa! Keindahan yang disuguhkan dari jendela di vila ini memunculkan ketenangan dan kedamaian.”
Satunya lagi berujar lain, “Saya tak mau lagi nginap di vila ini. Pemandangannya sangat menyeramkan!”
Namun begitu, pelayan vila mempersilakan calon tamu untuk memilih di antara dua sisi itu. Mau pemandangan pegunungan, atau jurang yang terjal. Bagaimana dengan Anda?
**
Dalam kehidupan nyata, kita kadang tanpa sadar memilih di antara dua sisi pemandangan tentang hidup ini: tentang ketenangan hidup yang melahirkan optimis atau kengerian hidup yang memunculkan pesimis.
Pilihan itu kita ambil dalam sajian media sosial yang selalu mampir di tiap menit hidup kita. Kalau kita ingin optimis menapaki hidup ini, jangan pilih sajian yang menyeramkan dan mencemaskan.
Hidup ini rahmat dari Allah, begitu pun dengan berbagai dinamikanya. Kitalah yang harus pandai-pandai memilih tentang apa yang pantas dicerna dalam hati dan pikiran kita. Jangan pilih yang mencemaskan jika ingin terus semangat melangkah. [Mh]