JIKA bangun dan tidurmu bersama Alquran, maka kamu dalam kebaikan dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan sebagai berikut.
إذا كان آخر عملِك َ قبل أن تأوي إلى فراشك مراجعة وِردِك من القرآن ، وأول عملك عندما تقوم من فراشك مراجعة وردك من القرآن ، فاعلم أنك في خيرٍ وعلى خير ، وأنّ ربك عز وجلّ ما أشغَلَك بكلامه صباح مساء إلا لاصطفائه لك وعُلُوّ قدْرِك عنده ، فذلك قوله سبحانه: “ثم أورثنا الكتاب الذين اصطفينا من عبادنا”…. فتأمل !
Jika akhir aktivitasmu sebelum mendatangi pembaringan adalah memuraja’ah wiridmu dari Al Qur’an, dan awal aktivitasmu ketika bangun darinya juga wiridmu dari Al Qur’an maka ketahuilah bahwa engkau berada di dalam kebaikan dan di atas kebaikan.
Sesungguhnya Tuhanmu tidaklah menyibukkan dirimu dengan kalam-Nya pagi dan sore melainkan karena kamu telah dipilih oleh-Nya dan mengangkat derajatmu di sisi-Nya.
Begitulah yang tertera dalam firman-Nya: “Kemudian kami wariskan Al Quran kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami…” Renungkanlah!
(Syaikh Dr. Washfi Abu Zaid Hafizhahullah)
baca juga: Mengkhatamkan Alquran
Jika Bangun dan Tidurmu bersama Alquran, maka Kamu dalam Kebaikan
Secara hitungan matematika dunia, membaca Alquran tampak seakan-akan mengurangi waktu. Dari total 24 jam dalam sehari, seolah-olah berkurang sekian detik, sekian menit atau sekian jam jika digunakan untuk membaca Alquran.
Tapi, tahukah kamu bahwa waktu yang kamu gunakan untuk membaca Alquran itu sebenarnya tidak hilang begitu saja. Ia akan diganti oleh Allah dengan keberkahan yang berlipat ganda.
Apa itu keberkahan?
Keberkahan artinya pertambahan dan pertumbuhan. Wujudnya bisa bermacam-macam. Misalnya, pekerjaanmu beres, produktivitasmu meningkat, keuntunganmu bertambah, kesehatanmu terjaga dan seterusnya.
Itu adalah wujud keberkahan yang akan diperoleh oleh orang yang membaca Alquran.
Pernahkah Anda mendengar tentang orang yang stress? Atau orang yang sedang kebingungan mencari inspirasi?
Atau orang yang kesulitan menyelesaikan pekerjaannya? Atau orang yang waktunya habis sia-sia tanpa produktivitas?
Itu adalah bentuk-bentuk kehilangan umur yang disebabkan tidak berkahnya waktu.
Tahukah kamu bahwa dahulu para ulama bisa menulis karya-karya agung yang jumlahnya melebihi bilangan umur mereka?
Padahal saat itu belum ada mesin ketik, apalagi komputer. Semuanya ditulis manual dengan tangan dan peralatan yang sangat sederhana, ditambah kondisi yang lebih sulit daripada kondisi sekarang.
Mengapa mereka bisa? Jawabnya karena waktu mereka penuh berkah. Dari mana keberkahan itu? Jawabnya dari membaca Alquran.
Perhatikan kisah berikut:
Ibrahim bin Abdul Wahid Al Maqdisi berwasiat kepada Al Dhiya Al Maqdisi sebelum yang terakhir pergi menuntut ilmu:
“Perbanyaklah membaca Alquran. Jangan kamu tinggalkan. Karena kemudahan yang akan kamu peroleh dalam pencarianmu akan berbanding lurus dengan kadar yang kamu baca.”
Al Dhiya mengatakan, “Lalu aku renungi hal itu dan aku praktikkan berkali-kali. Setiap kali aku membaca banyak, semakin mudah aku menghafal hadits dan menulisnya. Jika aku tidak membaca, tidak mudah aku melakukannya.”ind]