JANGAN takut rugi untuk memberi. Ini mungkin yang dinamakan barakah tiada tara. Sejenis rahmatan lil alamiin. Jadi memberi dengan cinta.
Yaa, aku memang sayang sama guru-guru yang bersedia mengajar di sekolahanku. Banyak banget semua total guru dan staf sampai 536 orang.
Semua kayak saudara. Kayak adik sendiri. Cuma kalau ada enggak beres aku tegur langsung, tapi ya sudah segitu saja. Langsung move on.
Aku juga rajin komunikasi, yaa sama teman-teman Online/medsos/Fb saja aku ngoceh mulu, apalagi sama mereka.
Teruss .. karena aku suka makan-makan ~ makaaa apa yang kurasa enak, kubagi-bagi deh. Uangnya dari mana.
Itulah yang namanya rahmat, rahmat itu adalah uangnya belum jelas, tapi kita lakukan juga untuk umat, maka uangnya ada saja.
Yang dilakukan pertama bukan mikir uangnya darimana, tapi mikir mereka pantasnya dikasih apa dengan segenap effort yang sudah mereka lalukan.
Anakku saja bilang: ‘Iyaa yaa Mi, jadi guru capek, ngisi raport satu-satu pakai komputer, enggak boleh salah nama, enggak boleh salah hitung nilai, alhamdulillah zaman sekarang enggak pakai ranking.
Kalau salah ranking, salah hitung bisa berabe. Padahal sekelas di JISc itu maksimal hanya 16 siswa. Angka manis untuk sebuah komunitas, tapi teteup saja capek jadi guru.
16 anak sekelas? Kata orang dikit.
Tapi tetap saja banyak di mataku. Lhaa 4 anak saja aku sudah keleyeuran. Bacakan doa satu-satu, ingat uang saku satu-satu, ingat sudah pada tilawah belum dll.
Belum permasalahan harian yang berantem, yang salah ngomong, yang lagi patah hati. Yang lagi mimpi, yang lagi pengen didengerin.
Lhaa ini 16 orang sekaligus diasuh dari pagi sampai sore, belum menghadapi ortu yang pasti ingin tahu anaknya diapakan saja.
Ahh aku sendiri sempat tersinggung ketika dulu jadi guru TK di Malaysia, ada parent yang melecehkan dengan mengatakan: “tak maju maju keuu bacaan Alqur’annya?? Baru sampai halaman satu saja?”
Yaa Allah, dia enggak tahu dengan anak yang hyperactive dan selalu lari-lari dulu baru masuk kelas untuk membuat anak itu duduk diam dan mau baca Iqro 4 sampai akhirnya jadi Iqro 6, lalu masuk Alqur’an itu susahnya bukan main.
Harusnya bersyukur anaknya sudah bisa masuk Alqur’an di usia dini. Bukan hanya: “Hahhh .??? Baru satu halaman saja keeu? Baru mencapai halaman satu??“
Ya demikianlah, hasil anak kita sekarang adalah proses tunggang langgangnya guru setiap hari.
Di sekolah kami, tidak boleh terima hadiah atau uang atau apa kecuali pas hari guru boleh terima bunga atau kue atau coklat.
Kalau urusannya academic enggak boleh, khawatir ketemu lagi di tahun depan jadi enggak enakan sama anak dan orangtua ybs.
baca juga: Memberikan Keteladanan dengan Amal Perbuatan
Jangan Takut Rugi untuk Memberi
Dulu pernah ada pengusaha mutiara kasih guru-guru gelang mutiara tapi yang dikasih semua guru Kindy.
Aku lupa ketika itu bagaimana tapi semua guru ngumpulin pemberian itu ke yayasan lalu kita kembalikan ke parents.
Ketika nampak wajahnya kurang nyaman, akhirnya kami terima juga diwakili yayasan dan kita minta keridhoan semua guru lain untuk memberikan gelang itu pada guru yang berprestasi.
Ahh diberi malah ribet. Yaa sudah, lebih baik kita beli sendiri dan semuanya dapat, enggak cuma guru tapi juga OB dan lain-lain, supir, tukang sampah dan penjaga sekolah. Semua dapat. Alhamdulillah, berkah.
Kebayang enggak bahagianya guru-guru dan staf habis bagi rapor/liburan panjang, pulangnya;
Dapat jajan, nonton, makan restaurant, uang saku liburan juga paket ceria (parcel akhir tahun dan buah-buahan) ~ lalu, berapa jatah satu orang? Ahh kalau dikali semua guru dan karyawan sekitar seharga mobil di bawahnya alphard.
Berani bikin sekolahan yang mana, kalau ada untung, sebagian besar untuk guru dan staf, walau enggak dinafikan, kami dapat juga, tapi berkahnya itu luar biasa, bila kita dahulukan orang lain …
Tidak akan jatuh miskin orang yang memberi. Bahkan berlebih ..
Sudah dibuktikan oleh para sahabat seperti Abdurrahman bin Auf. Dalam buku 60 Sahabat karangan Khalid Muhamad Khalid.
“Ibarat mengangkat batu pun, isinya permata“ saking dermawannya beliau sehingga kekayaannya melimpah tak habis-habis ..
Karena beliau menginfakkan semua keuntungan untuk umat, maka Allah tambah lagi dan lagi.
Jangan takut rugi untuk memberi.
Masalahnya bukan di uang tapi di ‘rasa sayang‘ … Siapp??
Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter (X):
https://twitter.com/mamfifi_jisc
Tiktok:
https://www.tiktok.com/@mamfifi_jisc