ADIL itu bukan hanya terhadap orang-orang yang disukai. Bahkan terhadap yang dibenci pun harus berlaku adil.
Cinta dan benci itu hal biasa dalam pergaulan. Meskipun kita menginginkan semua orang cinta, tapi yang benci tak mungkin bisa dihindari.
Kalau adil terhadap yang dicinta itu biasa. Tapi, bagaimana adil terhadap yang dibenci?
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “…dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa….” (QS. Al-Maidah: 8)
Berlaku adil terhadap sosok yang dibenci adalah tidak antipasti secara keseluruhan. Cukup benci apa yang buruk dari perilaku atau pemikirannya. Dan tetap hargai sisi positif atau kebaikan yang ada pada dirinya.
Hal ini karena kita tidak tahu apakah selamanya ia akan buruk? Boleh jadi, suatu saat Allah memberikannya hidayah dan berubah menjadi sahabat dekat kita.
Itulah yang diteladani baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Seperti apa pun kebencian Abu Jahal terhadap Nabi tidak lantas membuat Nabi memusuhi seluruh keluarganya.
Dan benar saja. Allah memberikan hidayah kepada seorang putera Abu Jahal. Ia bernama Ikrimah bin Abu Jahal. Dan beliau akhirnya menjadi salah seorang sahabat Nabi yang soleh.
Begitu pun dengan tokoh munafik di Madinah bernama Abdullah bin Ubay bin Salul atau Ibnu Salul. Seperti apa pun kebenciannya terhadap Nabi, Nabi menyikapinya secara adil.
Seperti halnya dengan putera Abu Jahal, Ibnu Salul pun memiliki putera bernama Abdullah radhiyallahu ‘anhu. Ia merupakan salah seorang sahabat Nabi yang sangat setia. Siapa sangka, dari tokoh utama munafik, ada anaknya yang sangat setia dengan Nabi.
Bersikap adil terhadap orang yang membenci, selain menjadikan diri lebih dewasa, juga membuka peluang kesadaran dari orang yang membenci. Karena hati seseorang selalu berbolak-balik. Dan, Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang Ia kehendaki.
Termasuk adil terhadap orang yang membenci adalah dengan berusaha membalas keburukan dengan kebaikan. Ini memang bukan perkara gampang.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fusshilat: 34)
Membalas kebencian dengan kebencian hanya akan membuang-buang energi. Karena kebencian tidak akan berubah menjadi cinta jika dibalas dengan hal serupa.
Membenci seseorang itu menguras energi. Sebaliknya, mencintai seseorang itu menambah energi. Karena itu jangan membuang-buang energi untuk sesuatu yang tidak Allah sukai.
Kalau ada orang yang membenci, boleh jadi, saat itulah Allah sedang menguji. Semakin banyak ujian yang bisa dilalui, semakin tinggi posisi seseorang di sisi Allah. [Mh]