ARTIKEL ini lanjutan dari hikmah di balik kisah taubat Adam dan Hawa. Adapun mengenai pengulangan kata ihbath (turun) pada surat Al- Baqarah, yaitu pada firman Allah, “Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain.
Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya.
Baca juga: Kisah Istri Rasulullah yang Mengabdi dengan Kesetiaan dan Keikhlasan (1)
Hikmah di Balik Kisah Taubat Adam dan Hawa (2)
Sungguh, Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 36-39).
Beberapa ulama ahli tafsir mengatakan, kata “al-ihbath” yang pertama maksudnya adalah turun dari surga ke langit dunia, dan kata yang kedua maksudnya adalah turun dari langit dunia ke muka bumi. Namun penafsiran ini dikategorikan lemah, karena di kata awal saja Allah sudah berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” Ini menunjukkan bahwa mereka langsung turun ke bumi saat perintah “ihbath” pertama. Wallahu a’lam.
Sebenarnya, pengulangan kata itu hanya pada lafazh saja, namun maknanya tetap satu. Hanya ketergantungan kata itu dengan hukum berbeda-beda, pada kata yang pertama digantungkan dengan permusuhan yang ada di antara mereka, sedangkan pada kata yang kedua digantungkan dengan pensyaratan, apabila mengikuti petunjuk Allah yang diturunkan kepadanya setelah itu, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan. Sedangkan jika menolaknya, maka ia termasuk orang-orang yang sengsara. Bentuk seperti ini banyak sekali disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Al-Hafizhh bin Asakir meriwayatkan, dari Mujahid, ia berkata, Allah memerintahkan dua malaikat-Nya untuk mengantarkan Adam dan Hawa keluar dari surga, lalu malaikat Jibril menanggalkan mahkota yang dikenakan di kepala Nabi Adam, lalu malaikat Mikail menggantikan mahkota itu dengan karangan bunga dan meletakkannya di dahi Nabi Adam, lalu ia juga dikalungkan ranting pohon hingga ia mengira bahwa hukumannya telah dipercepat, lalu ia menundukkan kepalanya seraya berkata, “Ampunilah, ampunilah.” Kemudian Allah bertanya kepada Adam, “Wahai Adam, apakah kamu hendak melarikan diri dari-Ku?” Ia menjawab, “Tidak demikian ya Tuhanku, namun aku merasa malu kepada-Mu.”
Ibnu Asakir juga meriwayatkan, dari Al-Auza’i, dari Hassan (yakni Ibnu Athiyah), ia berkata, Nabi Adam tinggal di surga selama seratus tahun. Riwayat lain menyebutkan, hanya enam puluh tahun saja. Lalu waktu yang dihabiskan untuk menangis karena terusir dari surga adalah tujuh puluh tahun lamanya, dan menangis karena mengingat dosanya selama tujuh puluh tahun pula, sedangkan ketika putranya terbunuh, ia menangis selama empat puluh tahun lamanya.
Sumber: Kisah Para Nabi – Imam Ibnu Katsir
[Vn]