SAUDAH, Istri Rasulullah yang mengabdi dengan kesetiaan dan keikhlasan. Kebahagiaan menyelimuti hati Saudah saat merasakan air mata kebahagiaan membasahi jiwanya. Saudah bermimpi seolah melihat bulan jatuh dari langit menimpa dirinya saat ia sedang berbaring tidur.
la tidak mengerti apa takwil mimpi itu dan ia tidak pula berharap untuk menjadi istri Rasulullah setelah dirinya lapuk dimakan usia. Sungguh merupakan kehormatan yang tiara tara jika ia menjadi Ummul Mukminin dan memahkotai kesabaran dalam menghadapi tekanan kaum kafir dan hijrah ke Habasyah karena Allah dan Rasul-Nya.
Baca juga: Kisah Shalahuddin Al Ayyubi dan Impiannya untuk Berhaji
Kisah Istri Rasulullah yang Mengabdi dengan Kesetiaan dan Keikhlasan (1)
Istri yang baik dan suci, yang ikut hijrah dan rela berkorban demi men- dapat ridha suaminya yang mulia, Rasulullah. Dengan senang hati, ia berikan malam gilirannya kepada Aisyah demi menjaga hati Rasulullah . Ia adalah Saudah binti Zum’ah bin Qais bin Abdi Syams bin Abdud bin Nashr bin Malik bin Hasan bin Malik al-Qurasyiyah al-‘Amiriyah.” Ibunya bernama asy-Syumus binti Qais bin Zaid bin Umar. Ia merupakan keturunan Bani ‘Adi an-Najjar.
Sayyidah Saudah seorang wanita yang agung dan pandai ini pernah menikah dengan saudara sepupunya, as-Sakran bin Amar, saudara dari Suhail bin ‘Amar al-‘Amiri. Saudah adalah salah seorang dari delapan orang keturunan Bani ‘Amir yang lari meninggalkan negeri dan harta benda mereka lalu menyeberangi ganasnya lautan hingga rela merasakan sesuatu yang lebih kejam daripada maut demi menyelamatkan agama.
Mereka mendapat siksaan dan tekanan yang semakin beringas agar mau kembali ke dalam kesesatan dan kemusyrikan. Begitu penderitaan di pengasingan saat berada di bumi Habasyah berakhir, Saudah kehilangan sang suami yang hijrah bersamanya. Ia pun merasakan pahitnya sebagai janda sesudah mengalami penderitaan hidup dalam keterasingan.
Semua sahabat Rasulullah mengetahui sejauh mana kebutuhan beliau kepada seorang istri. Namun, tidak seorang pun dari mereka berani mengawali pembicaraan dengan Rasulullah, yang sedang berduka karena kehilangan Khadijah, tentang siapa yang akan menggantikan posisi istri pertama nan suci itu.
Suatu malam ketika Rasulullah berada di kediaman dan mengenang hari-harinya yang damai bersama Ummul Mukminin, Sayyidah Khadijah, datanglah Khaulah binti Hakim,” istri Utsman bin Mazhnun, menemui beliau.
Rasulullah segera menyambut kedatangan Khaulah karena ia adalah salah seorang wanita mukmin sejati yang pernah ikut dalam hijrah pertama ke tanah Habasyah bersama Utsman, suaminya. Namun, tidak lama kemudian, Khaulah kembali ke Mekah bersama suami untuk kembali berdampingan dengan saudara-saudara sesama muslim dan menahan kesabaran bersama mereka dalam menghadapi berbagai siksaan hingga datanglah pertolongan Allah.
Khaulah melangkah mendekat sambil mengumpulkan keberanian sebelum mulai berbicara dengan santun kepada Rasulullah. Ia berkata, “Apakah engkau tidak hendak menikah wahai Rasulullah?” Rasulullah memperhatikan Saudah dari balik alis matanya yang panjang. Dengan nada yang masih memendam kesedihan dalam hati, beliau menjawab…
Sumber: Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam – Dr. Bassam Muhammad Hamami
[Vn]