INDONESIA kekurangan tenaga medis pada unit NICU yang memadai, karena setiap bayi yang lahir prematur dengan berat badan rendah perlu dirawat dengan baik, dari segi peralatan hingga tenaga kesehatannya.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, penyebab kematian bayi di Indonesia didominasi oleh kondisi berat badan lahir rendah, sulit bernapas, dan infeksi.
Dengan fasilitas kesehatan yang memadai, angka kematian bayi prematur seharusnya bisa ditekan. Tetapi makin banyak rumah sakit yang menambah jumlah fasilitas NICU, hal ini belum dibarengi dengan tenaga kesehatan terlatih.
Baca juga: Kenali 6 Tanda Batuk yang Membahayakan pada Bayi
Indonesia Kekurangan Tenaga Medis Terlatih di Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU).
Menurut dokter anak neonatologi yang terdaftar di Ikatan Dokter Indonesia baru sekitar 85 orang. Demikian pula dengan sedikitnya tenaga perawat yang memiliki sertifikasi menangani bayi prematur.
“Persoalan ini tidak cuma diatasi dengan membeli alat-alat dan membuat banyak NICU, tapi juga butuh dokter dan tenaga perawat yang khusus,” jelas dokter penanggung jawab unit NICU di RS Medistra Jakarta.
Untuk meningkatkan keselamatan bayi prematur, setiap bayi harus diawasi secara ketat. Idealnya, satu bayi prematur ditangani oleh satu perawat yang telah menjalani pelatihan khusus.
Upaya peningkatan kualitas fasilitas dan pelayanan untuk merawat bayi prematur terus dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan mengirim dokter dari sejumlah daerah dan perawat untuk belajar tata laksana penanganan bayi prematur.
Menurut dokter neonatologi dari RSAB Harapan Kita, bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif sejak pertama kali dilahirkan.
Baca juga: 10 Jenis Imunisasi untuk Bayi
“Bayi prematur sangat rentan mengalami kekurangan oksigen karena bayi-bayi kecil ini sering lupa bernapas. Padahal, kekurangan oksigen 2-3 menit saja sel-selnya bisa rusak sehingga bisa mengalami gangguan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, tindakan yang tepat pada periode kegawatan di usia kurang dari 28 hari sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak dalam jangka panjang yang bisa menimbulkan kecacatan.
Untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya, nutrisi bayi prematur dihitung secara cermat, baik kebutuhan makro maupun mikro.
Pemeriksaan kehamilan secara teratur, termasuk melakukan USG sangat penting untuk meminimalkan potensi gangguan sedini mungkin.
Bayi lahir prematur serta lahir dengan berat badan rendah tidak hanya menjadi penyebab kematian, tetapi juga berisiko pada kondisi stunting. Karena itu, upaya pencegahan, deteksi dini, serta tata laksana yang baik pada bayi lahir prematur perlu diperkuat.
Dengan upaya yang tepat dari berbagai pihak, diharapkan kondisi ini dapat diperbaiki, sehingga angka kematian bayi dapat ditekan dan kesehatan bayi-bayi Indonesia dapat terjaga dengan lebih baik. [Vn]