KULIAH di luar negeri? Yang gratis ke German atau ke Turkye? Kuliah emang gratis? Tapi lulusnya susah..
Saya sendiri belum pernah mendengar anak Indonesia yang saya kenal wisudaan di German atau Turkye.
Susah bahasanya, asing di telinga dan pencernaan, jugaa lamaaa lulusnyaa dan harus kuat mental..
Kalau dari kampus-kampus di Amerika, Australia atau Japan atau UK pastinya banyak anak Indo yang lulus, termasuk murid saya sendiri, termasuk anak saya sendiri.
Yakin mau keluar negeri? Yang kuliahnya gratisan? Jangan fikirkan masuk kuliahnya tapi gimana keluarnya..
Coba fikirkan lagi deh, mungkin awalnya akan bangga anak-anak kita di luar negeri, tapi lama-lama kuat enggak setelah 5-6 tahun, anak-anak teman kita pada lulus kuliah di PTN atau PTS Indonesia dan kemudian nikahan ada gelar S.E., S.Pd., S.T.,
Tapi anak kita masih ngoyo-ngoyo di luar negeri pakai mantel panjang, belakangnya salju .. foto 2-3 tahun lalu.
Kita pun bahagia menunggu kepulangannya yang kemudian bahkan enggak pulang-pulang menjadi pekerja di sana, menikah dengan temannya yang lulus,
sementara dianya belum lulus atau mungkin tak akan pernah lulus ..sambil apply-apply resident atau bahkan pulang tanpa gelar dan mulai dari nol lagi sebab kerja di mana-mana nantinya tetap di-consider sebagai lulusan SMU lho.
baca juga: Mengapa Harus Kuliah
Kuliah di Luar Negeri yang Gratis
Ini fenomena yang saya lihat. Jangan marah dulu.
Khan cuma tulisan di medsos ..bukan peramal masa depan anak-anak.
Jadi saran saya, tidak usah malu untuk kuliah di Indonesia walaupun masuk Univ. swasta, enggak musti diterima di PTN dan bangga pakai yellow jacket atau blue jack.
Karena di undangan pernikahan juga enggak ditulis nama universitasnya khan, juga warna jaket almamaternya.
Saya sendiri malah lupa jaket saya apa, tapi saya sekarang bangga atau pura pura bangga (untuk menyemangati anak muda zaman sekarang).
Karena gelar saya sekarang (detik ini waktu menulis postingan ini), S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D, semua ini saya lalui dengan kondisi pernah jadi ibu rumah tangga yang deg-degan karena bisa masak tapi kalau enggak ada kecap dan royco jadi stress.
Kuliah di Malaysia yang ninggalin anak sama tetangga orang India yang heboh banget sebab satu apartemen tahu anak saya main bola keluar kamar apartemen dari jendela.
Yang istrinya dengan menyakitkan menunjuk kaki anak saya yang kecil (kaki khas anak Indonesia) dan menyuruh saya beli susu rasa rempah India.
Lalu gimana setelah punya sekolahan, lalu ikutan lagi kuliah yang dosennya lebih muda dari anak sulung saya, sekelas sama kepsek bikin program di universitas terbuka setiap Sabtu Ahad, dan enggak boleh bolos atau titip tandatangan.
Sebab dosen sekarang lebih pinter, karena sudah pengalaman jadi mahasiswa pada zamannya.
Nah ini semua butuh perjuangan dan butuh proses tapi prosesnya cuma di kampus-kampus swasta bahkan universitas terbuka.
Kampus yang bener-bener luar negeri yaa yang mudah lulus dan cepat kayak Malaysia di UPM, juga di Amerika yang S-3-nya juga bisa separuh online.
Dan profesornya juga banyak ngertiin dan nolong yang enggak killer. Yang penting lulus cepat, enggak usah mimpi Harvard. Cukup yang di bawahnya.
Yang penting lulus dan bisa faham proses pendidikannnya. Nah dengan segenap gelar dan lain-lain. Enggak ada yang tahu khan saya kuliah di kampus mana? Di kota apa? Nama kampusnya apa?
Hanya tahu sekarang gelar saya ‘Mam Fifi‘ yang bikin sekolahan International tapi IsIami dan anak muridnya sopan-sopan, juga gurunya bagus, berdedikasi tinggi dan anak muridnya finally diterima banyak di PTN, sampai 93 % (it means; 137 anak dari 153-an gitu – kalau enggak salah) padahal yang create modul-modul untuk masuk PTN (biidznillah) adalah anak jebolan PTS.
So? Ayuk kuliah di mana saja. Kuliah itu bukan untuk gengsi. Tapi untuk mengikuti sebuah proses pemikiran secara mandiri untuk menjadi manusia dewasa.
Dan lulus serta dapat gelar sehingga membanggakan orangtua. Agar tak nampak beda. Sebab masyarakat kita belum biasa dengan yang beda.
Setelah itu, buatlah prestasi yang bikin kalian beda dengan yang lain. Dan jadi orang sukseslah kalian;
Punya uang, punya iman, tapi tetap berjuang untuk agama bangsa dan negara dan enjoy your life to face kematian yang diterima di sisi Allah, di padang mahsyar juga enggak malu-maluin dengan banyak aib di dunia, juga bisa duduk di taman yang disediakan di padang mahsyar karena waktu di dunia rajin tilawah, lalu ujungnya terbengong-bengong karena sudah ada rumah di surga yang keren dan mewah banget hasil banyak dzikir di dunia.
Dzikir ketika umrah, dzikir ketika haji tanpa korupsi, dzikir di hotel mewah tanpa rasa bersalah.
Enggak musti masuk PTN lalu stres kalau enggak diterima seakan anak bodoh. Lalu buat gengsi ke luar negeri yang gratisan tapi enggak kunjung lulus.
Saya cuma kasih tahu, susah lulusnya. That ‘s it. Budaya juga beda, warung Indo mahal. Bahasa juga ajaib. Susah lulusnya. Cara pandang dosen tidak kita fahami. Belum lagi racis dll.
Uang juga sedikit. Kampus gratis biaya hidup mahal. Satu euro tuh skitar 17-18 ribu. Di Turkye juga mahal, nuget saja sekarang 230 lira. Burger dan minuman 359 lira. Turkye sekarang mahal.
Carilah Universitas swasta di Indonesia saja, yang kita faham bahasanya dan ngomong sama dosen enak karena satu bahasa satu budaya.
Terus rajin baca buku, dengerin dosen ngomong apa saja, dosen sekarang pinter-pinter dan gaul dan wawasan luas dan keren serta yaa educated, belajaar dari mereka cara jadi orang dewasa yang bermartabat dan anggun dan ada kelas..
Lalu, sekali lagi banyak baca buku dan ikut organisasi. Belajar manage orang, belajar mikir, belajar team work, belajar manage emosi, belajar gaul, create connection.
Jangan cuma belajar baca buku kuliah untuk hadapi exam dan pulang enggak punya teman. Kampus tuh tempat mendapatkan soft skill.
Kalau di kampus, yang aman ikut organisasi BKI (Biro Kerohanian Islam) selain ketemu orang baik-baik dan banyak makanan, juga terjaga dari narkoba, pergaulan bebas sampai ngamar bareng, juga terjaga dari jeratan pelangi.
Ujungnya jadi Islamist? Yaa enggak apa-apa.
Lhaa ujungnya juga kita bakalan mati. Emang dah mati ke mana? Balik lagi ke tempat kuliah?? Aya aya wae.
Yang penting ujungnya happy bukan stres karena gengsi.
Kampus swasta di Indonesia yang bagus menurut aku ya; Trisakti, Untar, Binus, universitas Pakuan di Bogor, dosennya bagus-bagus dan pinter.
Enak diajak bicara dan luwes serta selalu motivasi murid. Tempat lain belum tahu. Binus bagus buat network juga pikiran maju, asal pandai jaga diri dan tahan diri.
Mau sukses? Buang gengsi.
Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter (X):
https://twitter.com/mamfifi_jisc
Tiktok: