MURAQABATULLAH atau pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 9-10:
عٰلِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيْرُ الْمُتَعَالِ ٩سَوَاۤءٌ مِّنْكُمْ مَّنْ اَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهٖ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ ۢ بِالَّيْلِ وَسَارِبٌۢ بِالنَّهَارِ ١٠
(Allahlah) yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata. (Dia) Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. Sama saja (bagi Allah), siapa di antara kamu yang merahasiakan ucapan, siapa yang berterus terang dengannya, siapa yang bersembunyi pada malam hari dan siapa yang berjalan pada siang hari.
Ayat ini merupakan pondasi utama dalam rangka membentuk karakter kepribadian umat dan bangsa.
Pondasi itu berupa keyakinan bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi sleuruh perilaku yang kita lakukan.
Dalam istilah ulama dikenal sebagai muraqabatullah.
Muraqabatullah akan melahirkan rasa malu kepada Allah, yang tidak pernah tidur sekejap pun.
Apa pun cara kita menyembunyikan suatu kejahatan atau kemungkaran, pastilah Allah mengetahuinya dan merekamnya tanpa ada sedikit pun tertinggal.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Muraqabatullah diilustrasikan seperti kondisi orang yang sedang memburu suatu buruan.
Tentu saja sang pemburu akan mengawasi buruannya dengan konsentrasi tinggi.
Begitulah gambarannya ketika kita merasa selalu diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan muroqabatulla, seseorang akan selalu berkomitmen dengan syariat Allah di mana pun berada.
Baik di kala bersama orang lain maupun sendiri.
Perlu diketahui bahwa menghadirkan rasa ini tidak hanya ketika kita sedang dalam sebuah aktivitas, tetapi ulama menjelaskan bahwa muraqabah ini meliputi tiga fase.
Pertama, sebelum mengerjakan.
Baca juga: Materi Kultum, Profesional
Materi Kultum, Pengawasan Allah
Artinya kita menghadirkan Allah sebelum melakukan aktivitas, apakah aktivitas yang akan kita lakukan itu sudah sesuai dengan tuntunan syariat atau belum, diridhai Allah atau tidak?
Kedua, saat sedang melaksanakan suatu aktivitas. Maka ia akan menjaga amalnya agar ikhlas, bukan karena riya’ atau mencari popularitas.
Ketiga, ketika selesai dari suatu amalan, hadir dalam dirinya antara harapan dan kekhawatiran antara diterima atau tidak dari amal yang telah dikerjakan.
Hal-hal yang bisa melahirkan rasa muraqabatullah, antara lain yang pertama, keyakinan sempurna bahwa Allah Maha Mengetahui segalanya.
Kedua, keyakinan sempurna bahwa segala perbuatan kita akan dihisab dan diperlihatkan kepada kita, sekecil apa pun.
Ketiga, istiqamah dalam beribadah dan selalu berteman dengan orang-orang saleh.
Sumber: Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun – Dr. Hasan El Qudsy
[Sdz]