ChanelMuslim.com – Memiliki jangkar atau anchor bagi seorang wanita atau ibu sangat penting. Maksud memiliki jangkar adalah memiliki kaitan saat kondisi sedang sedih, tertekan, lemah, kecewa, marah. Khususnya bagi para wanita dan ibu-ibu.
Pendiri Rumah Pintar Aisha yang peduli terhadap pendidikan anak dan pengembangan diri, Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini mengatakan bahwa memiliki jangkar sangat penting saat kita sedang bertengkar dengan suami, marah dan kecewa dengan suami.
Rasa marah dan kecewa harus segera dinormalkan kembali jika tidak, bukan hanya berdampak pada kondisi psikis Bunda dan Ayah, tetapi juga akan berdampak pada anak. Memiliki jangkar adalah sarana untuk mengembalikan keadaan.
Secara sederhana, tatkala sedang sedih, ingatlah hal-hal yang menyenangkan, agar tidak larut dalam kesedihan yang malah berdampak tidak baik bagi diri sendiri.
Tatkala sedang jengkel dengan pasangan, buru-buru mengingat sesuatu kejadian/memori yang membuat rasa sayang dengan pasangan kembali muncul, ingat kebaikan pasangan.
Ingat kenangan-kenangan indah bersama pasangan agar kejengkelan itu berkurang dan tidak berdampak yang lebih buruk lagi misalnya balas dendam, pertengkaran yang lebih parah, tindakan-tindakan yang merugikan kedua belah pihak bahkan dapat menyebabkan perceraian.
Baca Juga: Tipe Orang Dalam Menyimpan Kenangan Baik
Pentingnya Memiliki Jangkar Bagi Ibu
Jagalah diri kita sendiri Bun, jangan larut dengan kesedihan, kemarahan, rasa kecewa, stres dan depresi. Jika kita mengalami semua itu, diri sendiri yang rugi, anak-anak akan dapat imbas yang negatif yang berakibat buruk bagi perkembangan psikisnya.
Tatkala dihina seseorang, ingat bahwa ada kebaikan dalam setiap kesabaran. Sadarlah bahwa setiap hinaan ada balasannya dan setiap kesabaran ada pahalanya.
Ketika diuji, ingat bahwa barangkali ujian ini adalah cara Allah untuk mengingatkan atas kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya atau sebagai sarana untuk menaikkan derajat di sisi Allah.
Itulah mekanisme jangkar, sangat sederhana bukan? Namun terkadang, praktiknya memang tidak sesederhana konsepnya.
Akan tetapi, minimal secara ilmu sudah kita ketahui, sehingga di saat mengalaminya kita bisa mempraktikkan ilmu tersebut perlahan-lahan dengan harapan dapat mengurangi dampak negatif dari situasi negatif tersebut.
Jadi ingat, saat bertengkar dengan suami, ingatlah kebaikan yang suami lakukan, kenangan-kenangan indah bersama suami, insya Allah ingatan itu akan menjadikan kita jauh lebih baik dari sebelumnya.[ind]