Sosok ibu memiliki peran yang sangat besar dalam mencetak pahlawan hebat. Dalam sejarah Islam, banyak para sahabat yang memang menjadi luar biasa karena didikan ibunya.
Baca Juga: Manajemen Ibu Rumah Tangga
Peran Seorang Ibu Mencetak Pahlawan Hebat dalam Sejarah Islam
Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Tak hanya itu, ibu jugalah orang yang paling tahu bagaimana membaca dan memetakan potensi anaknya. Dan itulah yang akan kita ketahui sepanjang paragraf selanjutnya..
Tokoh-tokoh besar yang kita kenal, ternyata banyak yang digembleng oleh ibu mereka. Mereka awalnya belum dilihat orang, tidak terpindai oleh radar sejarah.
Jadi, yang pertama kali membaca bakat mereka justru adalah ibu-ibu mereka, dan karena itulah sinyal mereka akhirnya dibaca dengan baik oleh radar peradaban Islam.
Seperti Zaid bin Tsabit misalnya. Ahli bahasa, sekretaris rasul, pakar ilmu waris dan ketua panitia pengumpulan Al Qur’an.
Tapi tahukah engkau wahai sahabat? Zaid bin Tsabit ini justru diorbitkan pertama kali oleh ibunya.
Sang ibu memahami bahwa ingatan Zaid di atas rata-rata, dan itulah yang membuat sang ibu percaya diri menghadirkan Zaid ke hadapan Rasulullah agar Rasul bisa menguji sendiri potensi Zaid.
Rasul pun langsung bersabda, “Wahai Zaid, pelajarilah untukku aksara Yahudi, karena demi Allah, aku tidak merasa aman terhadap suratku dari orang Yahudi…”
Kisah menarik lainnya datang dari shahabiyah yang pemberani, Hindun binti Utbah.
Beliau adalah seorang wanita Quraisy yang dihormati saat Jahiliyah dan mulia saat telah masuk Islam. Beliau memiliki seorang putra yang berpotensi besar jadi pemimpin.
Suatu hari orang-orang bilang pada Hindun tentang putranya.
“Wah, kalau anakmu ini umurnya panjang, dia akan jadi pemimpin kaumnya….”
Mendengar itu, Hindun menjawab dengan tegas, “Harus, aku kehilangan dia jika dia tidak mampu memimpin kaumnya.”
Tahukah kamu siapa putra Hindun yang dimaksud itu? Ialah Muawiyah bin Abi Sufyan, sahabat Rasulullah yang mendirikan Negara Umayyah, raja pertama dalam sejarah Islam dan pembebas banyak negeri.
Beliau dikenal sebagai negarawan yang ‘bernapas panjang’ alias sabar dan lemah lembut, bahkan pada lawan politiknya.
Di zaman setelah para sahabat Nabi, ada kisah menarik pula tentang ibunda para ahli hadits dan mazhab.
Tokoh-tokoh seperti Imam Al Bukhari lahir dalam keadaan yatim, dan ibunya secara mandiri mendidik beliau.
Begitu juga Iman Asy Syafi’i rahimahullah. Ibunda Iman Syafi’ilah yang mempertemukan beliau dengan tempat belajar yang baik dan guru-guru yang hebat.
Berangkat dari Gaza menuju Makkah yang merupakan kiblat shalat dan kiblat pendidikan zaman itu.
Sahabat Muslim, itulah peran ibu yang sangat luar biasa. [Cms]
t.me/gensaladin