MR ISHII, brand produk Konnyaku dan Shirataki di Indonesia yang diproduksi sejak 1971 oleh PT. Ambico dan menjadi acuan bagi penikmat Nasi Konjac dan Shirataki berbagi pengalaman bagaimana cara menikmati hidangan konnyaku rendah karbo, rendah gula, dan zero calorie dan menghindari penggunaan makanan berbahan baku Umbi Porang yang ‘Palsu’ di tanah air.
Industri pertanian di Indonesia, di tiga tahun ini sedang mengalami euforia budidaya penanaman Umbi Porang. Dengan potensi bisnis yang dijanjikan komoditas Umbi Porang menjadi primadona baru bagi kalangan petani daerah.
Baca juga: Resep Macaroni Keto Ala Founder and Conceptor JISc
Bahkan, Presiden RI yakni Pak Jokowi, turun langsung untuk melihat dunia porang dari sisi pertanian hingga perindustriannya. Hal yang membuat, semakin banyaknya petani di Indonesia optimis untuk menanam porang. Tak lepas dari pertanian, banyak pelaku industri lainnya pun tergiur untuk melakukan investasi hilirisasi di industri terkait lainnya.
Saat ini perkembangan industri penanaman Porang masih memiliki banyak miss persepsi. Porang masih seringkali disamakan dengan tepung terigu ataupun tepung singkong yang siap konsumsi.
Alhasil, saat ini banyak industri yang mengaku bisa mengolah porang padahal sebenarnya jenisnya berbeda. Beras porang yang dituding sebagai produk akhir dari olahan umbi porang menjadi viral.
Diinformasikan Distributor PT Ambico di Korea, kemungkinan besar Song Hye Kyo mengkonsumsi produk hasil PT Ambico. Mengingat produk Ambico yg mendapat cukup banyak Award di Korea, sehingga menambah daya tarik masyarakat untuk mengkonsumsi di tanah air.
Guna meluruskan informasi terkait industri dan kegunaan Porang di tanah air, Mr Ishii bersama Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia pada Rabu, 27 November 2024 bertempat di Restoran De Bun, Gubeng, Surabaya, menggelar acara bertajuk ISHIIDAILY yang mengajak berbagai perwakilan dari pengusaha kafe dan restoran, KOL serta awak media untuk mengetahui lebih dalam industri dan kegunaan Porang yang sebenarnya.
Penjelasan mengenai tidak bersinerginya penanaman Umbi Porang dengan industri yang berjalan, produk akhir dan pro kontra di kalangan pelaku dibahas dengan tuntas.
Dalam acara tersebut, Charlie Shirataki, Influencer Expert Porang sekaligus Chief Markerting Officer Brand Mr Ishii memberikan informasi menyeluruh yang dapat dijadikan acuan bagi para pelaku lainnya di tanah air.
“Saya ingin klarifikasi banyak hal terkait industry Porang di tanah air. Masyarakat Indonesia harus lebih jeli dan lebih selektif lagi dalam memilih produk untuk dikonsumsinya apalagi terkait nilai gizi dan efeknya bagi kesehatan tubuh masing masing. Bagi konsumen setia aneka produk olahan hasil ekstraksi umbi porang pun harus paham membedakan mana produk yang terbuat serat porang asli dan mana produk yang hanya di label terbuat dari Porang,” jelas Charlie.
Untuk memberikan informasi menyeluruh soal Porang, Charlie memberikan beberapa penjelasan sebagai berikut;
Pertama, penamaan produk. Saat ini, banyak mispersepsi di dunia Porang terkait istilah penyebutan Porang yang membuatnya terdengar berbeda produk padahal sama. Porang dikenal dalam penggunaannya di Bahasa Indonesia, sementara Konjac (Bahasa Inggris) dan Konnyaku Shirataki (Bahasa Jepang).
Kedua, regulasi kejelasan penggunaan. Tepung porang sendiri merupakan produk belum siap makan, karena masih mengandung oksalat tinggi. Hal ini ibarat tepung singkong racun yang belum siap makan karena masih mengandung sianida, namun diambil sari pati nya untuk dapat dikonsumsi (biasa dikenal dengan tepung tapioka), sama hal nya dengan porang.
Saripati porang yang dapat dikonsumsi disebut dengan glukomanan atau konjac gum yang merupakan zat hidrokoloid atau produk pengental. Produk ini digunakan di industri pembuatan jelly, pengikat makanan olahan, emulsifier keju dan ice cream, lem, tekstil dan banyak lagi.
Ketiga, kualitas dan keaslian produk. Banyak pertanyaan di kalangan masyarakat mengenai cara membedakan produk yang terbuat dari serat Porang. Adapun ciri khas dari jenis makanan tersebut yang paling penting harus memiliki tinggi serat pangan.
Kedua, karena terbuat dari serat maka yang asli harus seperti jelly yang padat, tekstur ini biasanya dirasakan dihidangan berupa Nasi Porang (Nasi Konjac) dan Shirataki. Nasi Konjac sendiri ibarat jelly padat berbentuk nasi, sedangkan Shirataki itu jelly padat berbentuk mie.
“Kedua kriteria Konjac Rice dan Konjac Noodle diatas bisa Anda temukan juga di Jepang dan Korea. Hal ini diperkuat dengan riset penggunaan pengguna kedua produk tersebut di laman SEO (Search Engine Optimization) Google. Kedepannya, jika ada pertanyaan, apakah beras Porang atau Konjac (shirataki) yang langsung seduh dan cirinya seperti nasi putih itu asli atau palsu? Jawabnya dipastikan produk tersebut bukan Konjac ataupun Shirataki karena tidak sesuai dengan kriteria di atas,” jelas Charlie.
Dengan adanya kegiatan gathering with Mr Ishii, diharapkan kedepannya masyarakat dapat lebih bijak dalam memilih mana Konnyaku dan Shirataki yang asli dan mana yang hanya dilabel dengan nama produk Shirataki/Porang.
Sebenarnya bukan beras porang palsu melainkan lebih ke beras putih instan yang dilabel sebagai Porang/Konjac/Shirataki. Terkait kalori bisa turun bahkan hilang atau tidak? Pastinya tidak bisa! Kalori di Konjac rice tidak bisa hilang, jika ada yang menanyakan terkait beras konnyaku ini kan memiliki 360 kalori per 100 gram, begitu matang kenapa hanya mengandung 70 kalori? Itu karena beras Konjac yang asli membutuhkan air yang banyak untuk membuatnya.
Contoh: jika Anda memasak beras 1 cup Anda memerlukan 6-7 cup air, namun ketika Anda timbang secara keseluruhan kalorinya tetap sama. Hal yang sama juga berlaku untuk menilai kandungan gula yang terdapat didalamnya. [Wnd]