ChanelMuslim.com – Assalamualaikum warrohmatullohi wabarokatuh, Apa hukum mengganti syair shalawat bukan kepada Nabi ? Di medsos dan beberapa grup wa yang saya ada di dalamnya, viral beredar sebuah video tentang sekumpulan orang yang melantunkan syair sholawat. Bernada seperti sholawat nabi yang biasa kita dengar. Namun isi syairnya diganti dengan sholawat Nusantara, Indonesia dan Pancasila. Bagaimana menurut ustadz tentang hal ini. Dan saya khawatir ini bisa mempengaruhi saudara kita yang lain.
Mengenai pertanyaan di atas ini berkaitan dengan sebuah video yang memperlihatkan sekelompok orang bertawaf mengelilingi sesajen, ada keris, golok, lilin, bendera, patung burung garuda, lalu mereka sambil bershalawat kepada Indonesia, Pancasila, Nusantara. Sebelum masuk ke penjelasan ritual ini mari kita simak penjelasan Ustaz Farid Nu’man Hasan mengenai Mengganti Syair Shalawat bukan kepada Nabi
Jawaban:
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
Bershalawat kepada selain Nabi Muhammad ﷺ ada tiga model:
1. Bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ saja, tanpa diikuti oleh selainnya. Seperti Allahumma shalli ‘ala Nabiyyina Muhammad, tidak ada perselisihan pendapat ini disyariatkan.
Mengganti Syair Shalawat Bukan kepada Nabi (1)
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ, tapi diikuti oleh kepada selainnya.
Seperti Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa Sallam. Ini ijma’ kebolehannya, berkata Imam Ibnu Katsir Rahimahullah:
وأما الصلاة على غير الأنبياء، فإن كانت على سبيل التبعية كما تقدم في الحديث: ( اللهم، صل على محمد وآله وأزواجه وذريته ) ، فهذا جائز بالإجماع
Ada pun bershalawat kepada selain para nabi, jika caranya dengan mengikuti setelah shalawat kepada Nabi sebgaimana dijelaskan dalam hadits: (Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aalihi wa azwaajihi wa dzurriyitahihi), maka ini BOLEH menurut ijma’. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/477)
3. Bershalawat kepada SELAIN PARA NABI secara sendiri penyebutannya, seperti Allahumma Shalli ‘ala Fulan. Ini diperselisihkan ulama.
Sebagian ulama membolehkan berdasarkan ayat:
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ
Dialah yang bershalawat kepada kalian (orang-orang beriman) dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kalian). (QS. Al Ahzab: 43)
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَة
Mereka itulah yang mendapat shalawat yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka. (QS. Al baqarah: 157)
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ
Ambillah zakat dari harta mereka, yang dengannya dapat mensucikan mereka dan membersihkannya, dan bershalawatlah (berdoa) kepada mereka, sebab doamu membuat mereka tentram. (QS. At Taubah: 103)
Dalil lainnya hadits berikut:
Abdullah bin Abi Aufa bercerita:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتاه قوم بصدقتهم قال: ( اللهم صل عليهم ) وأتاه أبي بصدقته فقال: ( اللهم صل على آل أبي أوفى ).
Dahulu jika ada sekelompok kaum yang mendatangi Rasulullah ﷺ membayar zakat, maka Beliau membaca: Allahumma shalli ‘alaihim. Ayahku pernah membayar zakat, Beliau bersabda: Allahumma shalli ‘ala aali Abi Aufa. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits lainnya:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- صَلِّ عَلَىَّ وَعَلَى زَوْجِى. فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكِ وَعَلَى زَوْجِكِ
Dari Jabir bin Abdillah bahwa ada seorang wanita yang berkata kepada Nabi ﷺ: “Doakanlah aku, dan suamiku.” Maka Nabi ﷺ berdoa: Shallallahu ‘Alaiki wa ‘ala Zaujiki – Semoga Allah bershalawat kepadamu dan suamimu. (HR. Abu Daud No. 1535, shahih)
Semua keterangan ayat dan hadits ini menunjukkan kebolehan bershalawat kepada selain Nabi dan Rasul, secara sendiri tanpa digandengkan dengan nama Nabi Muhammad ﷺ. Inilah pendapat Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah.
Beliau berkata:
والصلاة على غير الأنبياء تبعاً جائزة بالنص والإجماع لكن الصلاة على غير الأنبياء استقلالاً لا تبعاً هذه موضع خلاف بين أهل العلم هل تجوز أو لا ؟ فالصحيح جوازها ، أن يقال لشخص مؤمن صلى الله عليه
Bershalawat kepada selain para nabi dengan cara menggandengkan adalah boleh berdasarkan ijma’, tetapi selain para nabi secara sendiri maka ini zona yang diperselisihkan para ulama, boleh atau tidak? Yang benar adalah BOLEH, bahwasanya boleh dikatakan kepada seorang mu’min Shallallahu ‘Alaih. (Fatawa Nuur ‘Alad Darb, 11/13)
Hanya saja Syaikh Utsaimin tetap mengatakan TIDAK BOLEH jika hal itu menjadi syiar khusus yang jika disebut namanya maka kita menjawab Shallallahu ‘Alaihi.
Bersambung…
Lihat artikel selanjutnya Mengganti Syair Shalawat Bukan kepada Nabi (2)
(Ind/alfahmu)