ORANG tua baik, anak juga akan baik. Banyak juga yang mengeluh, kenapa anakku begini, kenapa istriku begini, kenapa suamiku begini.
Randy Ariyanto dari Komunitas Rumah Pintar Aisha menulis, kita kadang menuntut orang lain untuk berbuat ideal, sebagaimana yang kita inginkan namun kita seringkali lupa terhadap diri kita sendiri.
Sudahkah kita menjadi sosok yang pantas untuk diteladani. Anak bermasalah, suami bermasalah, istri bermasalah itu karena disebabkan kita sendiri yang bermasalah.
Rumus sederhananya jika kita ingin anak kita baik maka kita sebagai orang tua harus baik terlebih dahulu. Anak itu akan lebih patuh dari apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar.
Lebih taat dengan keteladanan daripada nasihat. Jadi jika kita ingin memiliki pasangan yang baik dan anak yang sholeh maka perhatikan diri kita dulu, sudahkah kita menjadi sosok yang sholeh/ah.
Jika merasa belum, maka perbaiki dulu diri kita insha Allah anak dan pasangan pelan-pelan akan berubah.
Jika misalnya kita sudah berusaha menjadi baik dan sholeh namun anak masih juga belum berubah maka bisa jadi perubahan anak tidak bisa seketika, tetapi butuh waktu dan proses.
baca juga: Orang Tua Soleh dan Anak-anak Soleh
Orang Tua Baik, Anak Juga Akan Baik
Tapi percayalah, insha Allah nanti pada waktunya akan berubah. Saya seringkali melihat anak seseorang yang saya anggap baik dan sholeh, ketika kecil nakalnya minta ampun tetapi saat dewasa berubah menjadi orang yang sholeh, baik bahkan ada yang hafizh Al Quran dan menjadi Ulama.
Jadi selama kita sholeh, baik dan berikhtiar mendidik anak menjadi baik maka insha Allah, nanti pada waktunya anak kita akan baik dan sholeh karena memang hukumnya seperti itu.
Jadi apapun kondisi anak kita hari ini dan jika kita ingin anak kita menjadi sosok anak yang sholeh dan baik maka diri kita sebagai orang tua harus baik dan sholeh dulu.
Dasar ayatnya ini, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…” (QS. Al Isra: 7).
Mungkin banyak berpikir seperti ini “biarkanlah ayah saja yang bejat, yang jahat, ayah yang banyak dosa asalkan anak menjadi anak yang baik”.
Bagaimana mungkin orang tua yang banyak berbuat dzolim menghasilkan anak yang baik. Ingat dengan ayat ini sekali lagi,
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…” (QS. Al Isra: 7).
Seorang koruptor misalnya. Ia mendapatkan uang dengan hasil korupsi. Meskipun orang tua menyekolahkan anaknya di pesantren dengan uang yang tidak berkah ya jadinya juga akan tidak berkah.
Meskipun di pesantren sekalipun, pesantren yang terbaik namun tetap saja akan membuat masalah. Nanti ujung-ujungnya dikeluarkan dari sekolah. Semua biaya pendidikan anaknya tidak berkah.
Jadi jika orang tuanya korupsi, suka selingkuh, sering menyakiti orang lain, memiliki usaha yang tidak halal, sulit rasanya orang tua akan memiliki anak yang baik.
Saat kita sendiri tidak mau belajar untuk menjadi baik maka besar kemungkinan anak juga tidak akan baik. Jadi mulailah dengan mengintrospeksi diri dulu.
Jika kita belum baik maka sulit untuk menjadikan anak kita baik. Berusahalah memperbaiki diri dulu lalu anak akan meneladani sikap baik kita.
Insha Allah saat kita berikhtiar menjadi baik, anak akan juga baik dengan sendirinya, hanya saja mereka butuh proses dan waktu untuk berubah.[ind]