INILAH bahagianya merayakan dampak: ketika kebaikan sederhana berubah menjadi kebahagiaan yang tak pernah sederhana.
oleh: Indah Puspita Rukmi
Tahun 2018, perjalanan saya sebagai Amil dimulai dari sesuatu yang sederhana: sebuah flyer tentang khitan massal yang diadakan oleh sebuah lembaga zakat di Kota Bekasi. Saat itu, anak saya sudah siap untuk dikhitan.
Spontan, saya mengajak beberapa tetangga yang memiliki anak seusia. Tak saya sangka, mereka menyambut dengan antusias, dan kami pun berangkat bersama.
Di lokasi, suasana begitu ramai. Ratusan anak, orangtua, pendamping, panitia, dan tenaga medis berkumpul. Anak-anak diberi motivasi sebelum dikhitan, lalu setelahnya mendapatkan hadiah kecil, perlengkapan sekolah, dan uang saku. Saya masih teringat jelas senyum lega anak-anak itu ketika pulang. Saat itu saya tersadar, betapa membagikan informasi tentang program zakat bisa memberikan manfaat besar. Para tetangga saya dapat menunaikan sunnah Rasulullah untuk anak-anak mereka dengan cara yang mudah dan terjangkau.
Baca juga: Forum Zakat Ungkapkan Tiga Tantangan Besar Tata Kelola Zakat di Indonesia
Bahagianya Merayakan Dampak
Pengalaman pertama itu membuat langkah saya sebagai Amil semakin kuat. Saya mulai aktif menyebarkan kabar tentang program lain, terutama pemberdayaan ekonomi untuk para ibu. Banyak dari mereka sebelumnya terjerat utang pada bank keliling atau rentenir.
Dengan adanya program modal usaha berbasis zakat, para ibu bisa bangkit dan menjalankan usaha kecil tanpa riba. Ada yang membuka warung, menjual kue, atau merintis kerajinan tangan. Setiap kali melihat mereka tersenyum karena bisa mandiri, hati saya ikut bahagia.
Momen yang selalu berkesan datang setiap Ramadan. Menjadi Amil berarti saya dipercaya menjembatani kebaikan para Muzakki kepada para Mustahik. Proses penyaluran zakat fitrah bukan sekadar distribusi beras, melainkan jembatan kebahagiaan. Saya menyaksikan langsung wajah-wajah penuh rasa syukur ketika mereka menerima haknya.
Lebih dari itu, sebagian zakat juga disalurkan hingga ke Palestina dan negeri-negeri yang sedang dilanda konflik. Membayangkan bantuan dari masyarakat Indonesia sampai ke tangan saudara-saudara kita di sana, sungguh membuat hati bergetar.
Menjadi Amil bukan hanya tentang mengelola dana atau menyalurkan bantuan, tapi juga perjalanan spiritual. Saya belajar bahwa bahagia tidak selalu datang dari apa yang kita terima, tetapi dari apa yang bisa kita berikan. Senyum anak-anak selepas khitan, ibu-ibu yang bangkit dari jeratan riba, hingga keluarga yang tersenyum saat menerima zakat fitrah, semuanya adalah bagian dari cerita indah yang membuat saya merasakan bahagianya merayakan dampak.
Kini saya menyadari, mungkin nama saya tidak pernah tercatat dalam daftar tokoh besar atau disebut di atas panggung. Namun setiap langkah kecil yang saya lakukan bersama zakat adalah bagian dari panggung kebaikan yang jauh lebih luas.
Di sanalah kebahagiaan itu sesungguhnya—dalam setiap dampak yang dirasakan orang lain, dalam setiap harapan yang kembali hidup, dan dalam setiap doa yang terucap tulus dari hati yang pernah terluka lalu tersenyum kembali.
Dan pada akhirnya, inilah bahagianya merayakan dampak: ketika kebaikan sederhana berubah menjadi kebahagiaan yang tak pernah sederhana.[ind]