SEDIKITlah bicara agar kita bisa banyak mendengar. Karena banyak bicara lebih banyak salahnya, dan banyak mendengar akan lebih banyak bijaksananya.
Allah subhanahu wata’ala menciptakan kita dengan kelengkapan dua telinga dan satu mulut. Tentu, ada arti tafsiran dari hal ini.
Orang bijak mengatakan, dua telinga dan satu mulut menunjukkan bahwa kita diminta untuk lebih banyak mendengar daripada bicara.
Proses perkembangan bayi pun didahului dengan kemampuan mendengar, baru kemudian melihat dan berpikir.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati…” (QS. Al-Mulk: 23)
Cara pertama kita belajar tentang lingkungan adalah dengan mendengar, kemudian melihat, dan memahami. Apa yang akhirnya menjadi pengetahuan berasal dari apa yang kita dengar, lihat, dan cerna dalam pikiran.
Metodologi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan Al-Qur’an kepada para sahabat adalah dengan mendengar. Dari mendengar itu, mereka menjadi hafal, memahami dan mengamalkan.
Begitu pun mestinya kita dalam berinteraksi dengan lingkungan. Awali dengan mendengar, melihat, dan akhirnya bisa memahami.
Dan mendengar adalah yang berasal dari sumbernya. Bukan dari katanya, apalagi katanya dari katanya.
Tentang kemampuan mendengar yang baik memang bukan sekadar keterampilan. Tapi lebih dalam dari itu. Yaitu, kemampuan merendahkan hati untuk mau memandang penting orang selain diri kita.
Melihat saja tanpa mendengar dengan baik bisa menggelincirkan kita dari pemahaman yang benar. Seperti foto atau video sebuah objek tanpa suara yang bisa memiliki seribu satu makna.
Inilah yang bisa membuat banyak orang mengalami salah paham. Bahkan antara orang dekat sekali pun. Seperti suami istri, orang tua dengan anak, kakak dengan adik, antar tetangga sebelah, dan seterusnya.
Sekali lagi, belajarlah untuk pandai mendengar. Yaitu dengan merendahkan hati kita, mengenyampingkan ego, merasa lebih senior, merasa lebih berilmu, dan seterusnya.
Dengarkan dengan baik, maka kita akan bisa memahami masalahnya. Dengarkan dengan baik, maka kita akan menemukan jalan keluarnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan kita untuk sedikit bicara kecuali yang baik. Hal ini agar kita lebih banyak mendengar.
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata yang baik atau diam….” (HR. Bukhari dan Muslim) [Mh]