MENIMBUN barang hingga membuatnya langka dipasar demi keuntungan pribad dalam berbisnis telah dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sejak lam. Hal ini karena merugikan dan menyusahkan masyarakat serta berakibat pada rusaknya tatanan bisnis masyarakat.
عن سَعِيد بْن الْمُسَيَّبِ يُحَدِّثُ أَنَّ مَعْمَرًا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ احْتَكَرَ فَهُوَ خَاطِئٌ (رواه مسلم)
Dari Sa’id bin Musayyab radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Ma’mar berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa melakukan ihtikar (menimbun barang), maka dia berdosa.’ (HR. Muslim, hadits no. 3012)
Baca Juga: Monopoli Games untuk Ujian
Haramnya Ihtikar, Menimbun dan Memonopoli Suatu Barang
Hikmah Hadis:
1. Bahwa pada dasarnya setiap orang diperbolehkan untuk mengambil keuntungan dari hasil jual beli secara maksimal selama proses jual belinya dilakukan dengan baik, normal, tanpa rekayasa harga dan tanpa membuat kemudharatan bagi orang lain.
2. Bahwa ihtikar sebagaimana yang dilarang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis di atas adalah salah satu bentuk rekayasa dalam jual beli demi meraup keuntungan pribadi yang besar tanpa mempedulikan kepentingan orang lain. Karena ihtikar secara bahasa bermakna membeli dan memborong.
Sedangkan secara istilah, ihtikar adalah membeli atau memborong suatu barang tertentu di pasaran atau dari tempat produksinya, untuk kemudian disimpan dan ditimbun dalam suatu tempat dengan tujuan agar barang tersebut langka di pasaran, dan kemudian menjualnya kembali pada saat harganya telah tinggi, untuk mengambil keuntungan secara bathil.
3. Ihtikar dilarang karena dapat menimbulkan dharar (kemudharatan) bagi orang banyak, yaitu menyulitkan masyarakat dalam mencari barang kebutuhannya di pasar, dan bahkan mengakibatkan mereka harus mengeluarkan dana yang lebih besar dari yang seharusnya mereka keluarkan untuk membeli suatu barang tertentu.
Disamping juga bahwa ihtikar menimbulkan iklim bisnis muamalah yang tidak sehat, yang berakibat pada saling menikam antara sesama pelaku bisnis atau terhadap para konsumennya serta mengandung unsur rekayasa yang tidak sehat dalam muamalah.
4. Maka ulama sepakat akan haramnya ihtikar, bahkan sebagian ulama memasukkannya ke dalam kategori dosa besar. Dalam riwayat lainnya dijelaskan bahwa pelaku ihtikar akan diancam dengan tiga ancaman, yaitu:
1) “Dicap” sebagai orang yang “khati’, yaitu orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan dosa.(HR. Muslim)
2) Di Akhirat kelak Allah akan mempersiapkan baginya tempat duduk yang besar yang terbuat dari bara api neraka. (HR. Ahmad)
3) Allah subhanahu wa ta’ala juga akan memberikan penyakit dan kerugian baginya di dunia. (HR. Ibnu Majah)
Na’udzubillahi min dzalik, dan semoga kita semua terhindarkan dari keburukan rizki.
Wallahu A’lam
Pemateri: Ustaz Rikza Maulan, Lc, M.Pd