JENIN yang pilu. Darah para syuhada kembali tertumpah di bumi Palestine. Kali ini serangan brutal itu terjadi di kota Jenin. Kota bersejarah yang menjadi titik sentral perlawanan Intifada kedua pada 2000.
Saat itu, pasukan Israel melancarkan serangan besar-besaran di Jenin. Sedikitnya 52 syuhada Palestine syahid serta 23 tentara Israel terbunuh dalam 10 hari pertempuran sengit.
Wilayah itu menjadi benteng pertahanan generasi baru pejuang Palestine. Bersamaan dengan Gaza, Jenin kini menjadi simbol perlawanan utama.
Sejak pekan lalu, bombardir kembali terjadi. Operasi yang berlangsung pada Senin (3/7) menandai eskalasi yang signifikan dan merupakan salah satu serangan terbesar dalam beberapa tahun.
Mengutip tulisan Uttiek M. Panji Astuti dalam artikelnya yang berjudul sama, ia mengulas peristiwa di kota bersejarah ini.
Baca juga: Anak-anak di Palestina Selalu Bawa Surat Perpisahan untuk Keluarganya di Saku Celana
Jenin yang Pilu
Kota Jenin merupakan tempat di mana jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, ditembak tentara I*r*el saat melakukan tugas jurnalistik bulan Mei tahun lalu.
Di kota ini juga berdiri kamp pengungsi Palestine yang sangat besar, tempat tinggal saudara-saudara kita yang terusir dari rumahnya pada peristiwa Nakba 1948.
Kamp pengungsian itu didirikan United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) pada 1953, setelah kamp asli di daerah itu hancur diterjang badai salju.
Membayangkan apa yang terjadi di kamp pengungsian itu, ingatan saya melayang saat pertama kali melihat kamp pengungsi Palestine di kota Jericho.
Rumah-rumah tua yang terlihat centang perenang. Terlihat kumuh dan lusuh.
Kabel-kabel berseliweran dengan ruwet, anak-anak kecil memakai sweater lusuh nampak asyik bermain seakan tak terganggu dengan kondisi di sekitarnya.
View this post on Instagram
Bagaikan bumi dan langit dengan settlement yang dibangun I*r*el di atas tanah Palestine yang diduduki. Rumah-rumah di dalam settlement berderet rapi seperti kompleks-kompleks perumahan modern.
Jalanan cukup lebar dengan taman di kiri-kanannya. Mobil-mobil keluaran terbaru terparkir di pinggir jalan. Sesekali anak-anak muda memakai kippa berjalan melintas.
Tentara terlihat berjaga di ujung-ujung perempatan.
Begitu keluar dari settlement, pemandangan sungguh menyesakkan dada. Rumah-rumah tua Palestine, banyak yang terlihat kosong ditinggal penghuninya mengungsi.
Di balik tragedi yang memilukan di Jenin hari ini, ada angin segar yang berhembus dari sana. Para mujahid yang kini tengah berjuang di Jenin merupakan gabungan dari faksi-faksi yang ada di Palestine.
Persatuan adalah barang langka bagi umat Islam. Selama ini dengan segala cara umat dicerai berai hingga perjuangan menjadi sulit adanya.
“Sesungguhnya ini adalah umat kalian, umat yang satu, dan Aku adalah Tuhan kalian, maka bertakwalah kepada-Ku.” [QS Al-Mu’minun: 52]
Jangan lupa untuk selalu menyelipkan doa untuk saudara-saudara kita di Palestine.[ind]