ANTARA ujian dunia dan ujian akhirat, ada hal-hal yang belum kita pahami. Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menjelaskan mengenai hal ini.
Ujian-ujian dunia diselenggarakan oleh hamba untuk hamba. Sedangkan ujian-ujian akhirat dilakukan oleh Tuhan Pencipta para hamba kepada para hamba.
Ujian-ujian dunia berkaitan satu materi sedangkan ujian-ujian akhirat meliputi segala sesuatu: Pemuda, orang tua, harta dan ilmu. Firman Allah:
مَا لِ هٰذَا الْـكِتٰبِ لَا يُغَا دِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّاۤ اَحْصٰٮهَا ۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَا ضِرًا ۗ وَ لَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا
“…Kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya, dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis).
Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua pun.” (QS. Al-Kahf: 49)
Ujian-ujian dunia dilakukan sekali setiap beberapa bulan, dari tingkatan dasar hingga doktoral dan ujian-ujian profesi dan kepemimpinan.
Akan tetapi, ujian-ujian akhirat hanya sekali berikut hasilnya, ke surga atau neraka selamanya.
Ujian-ujian dunia memindahkan seseorang dari satu kelas ke kelas yang lain, dari satu tingkatan profesi ke tingkatan yang lebih tinggi.
Sedangkan ujian-ujian akhirat membawa ke beberapa tingkatan di surga:
هُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢمَا يَعْمَلُوْنَ
“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 163)
Atau membawa ke beberapa tempat di neraka. Kita berlindung kepada Allah darinya:
لَهَا سَبْعَةُ اَبْوَا بٍ ۗ لِكُلِّ بَا بٍ مِّنْهُمْ جُزْءٌ مَّقْسُوْمٌ
“(Jahanam) itu mempunyai tujuh pintu. Setiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan tertentu dari mereka.” (QS. Al-Hijr: 44)
Baca Juga: Agar Ujian Menjadi Ringan
Antara Ujian Dunia dan Ujian Akhirat
Ujian-ujian dunia diawasi oleh manusia dan para guru atau dosen sedangkan ujuan-ujian akhirat diawasi oleh Tuhan Maha Esa lagi Maha Mengawasi.
Jika ada yang mengingkari sesuatu maka para malaikat-Nya yang mulia, kulit, tulang, tanah dan manusia menyampaikan kesaksiannya.
Ujian-ujian dunia, perhitungannya lama dan berbelit-belit sedangkan ujian-ujian akhirat diselesaikan Allah dalam waktu sangat singkat. Semua hamba dihisab dalam sekejap seperti halnya rezki diberikan dalam sekejap.
Di dalam ujian dunia, ada berbagai mediasi dan kesalahan dalam menentukan hasil, disamping ada kezaliman. Sedangkan di dalam ujian akhirat tidak ada kezaliman sama sekali:
اَ لْيَوْمَ تُجْزٰ ى كُلُّ نَـفْسٍ بِۢمَا كَسَبَتْ ۗ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَرِ يْعُ الْحِسَا بِ
“Pada hari ini, setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ghafir: 17)
Ujian-ujian dunia membuat sibuk peserta ujian, ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Sedangkan ujian akhirat:
وَكُلُّهُمْ اٰتِيْهِ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فَرْدًا
“Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari Kiamat.” (QS. Maryam: 95)
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِ
“pada hari itu manusia lari dari saudaranya,” (QS. ‘Abasa: 34)
وَاُ مِّهٖ وَاَ بِيْهِ
“dan dari ibu dan bapaknya,”
(QS. ‘Abasa: 35)
وَصَا حِبَتِهٖ وَبَنِيْهِ
“dan dari istri dan anak-anaknya.”
(QS. ‘Abasa: 36)
لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِ
“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 37)
Di dalam ujian-ujian dunia, ada belas kasihan bagi orang yang tidak mencapai tingkat kelulusan minimal 20 %, sedangkan di dalam ujian akhirat ada syafaat bagi orang yang tidak lulus.
Syafaat ini diajukan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam seraya bersujud di hadapan Tuhan dan memohon kepada-Nya: “Rabbi, umatku”,
hingga Allah meridhainya untuk memberikan syafaat kepada umatnya lalu dikeluarkan dari neraka setiap orang yang di dalam hatinya ada setitik debu dari keimanan.
Hasil ujian-ujian dunia sirna sedangkan hasil ujian akhirat kekal abadi. Karena itu, yang kekal abadi harus diutamakan ketimbang yang sirna:
وَلَـلْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُ وْلٰى
“dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan.” (QS. Ad-Duha: 4).[ind]