DUNIA ini memang satu, tapi alamnya berbeda-beda. Masing-masing alam memiliki sekat yang secara alami tidak saling bertabrakan. Posisikan di alam mana kita berada.
Pernahkah kita melihat orang kesurupan jin? Ada pemandangan yang tidak biasa di situ. Sosoknya manusia biasa, tapi isi jiwanya berbeda. Kata-katanya juga tidak mencerminkan jati diri orang yang bersangkutan.
Dengan kata lain, di dunia yang sama ini, terdapat ‘alam-alam’ yang berbeda. Ada alam yang nyata seperti yang kita tinggali. Ada alam gaib yang dihuni makhluk lain.
Meski semua berada di dunia yang sama, tapi dimensi alamnya berbeda. Menariknya, nyaris tak ada gesekan apalagi tabrakan.
Bahkan, di alam nyata seperti yang kita tinggali saat ini pun ternyata memiliki ‘alam-alam’ yang juga berbeda.
Kalau kita berjalan-jalan di sekitar Masjid Kebon Jeruk Jakarta Kota, kita akan mendapati fenomena yang sangat kontras. Satu sisi ada suasana masjid yang penghuninya ‘serba putih’ dengan baju sorban. Di sisi lain, ada dunia ‘malam’ yang tumbuh subur di sekitar situ.
Di situlah berjamur tempat-tempat diskotik dan sejenisnya. Busana orang-orang yang mengunjunginya pun khas dengan serba minim untuk wanitanya.
Menariknya, meski masih berada dalam satu lingkungan, satu sama lain bergulir di track dunianya sendiri. Seolah-olah satu sama lain tidak saling melihat.
Hal yang sama juga terjadi di dunia lain yang lebih variatif. Seperti dunia peredaran narkoba, dunia korupsi, dunia judi, dan dunia-dunia ‘hitam’ lain.
Jangan bayangkan masing-masing dunia itu punya batas geografis sendiri. Mereka boleh jadi di lingkungan yang sama, tapi memiliki ‘alam’ yang berbeda. Seolah-olah satu sama lain tidak saling melihat.
Begitu pun dengan dunia ‘putih’ yang penuh kesolehan. Meski boleh jadi dunia ‘putih’ ini bercampur dalam lingkungan yang sama dengan dunia ‘hitam’, tapi satu sama lain tak bercampur apalagi tabrakan.
Jadi, alam itu dibedakan bukan pada fisiknya. Tapi pada ruh dan jiwanya. Dibedakan oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). Jika mereka saling mengenal, maka mereka akan bersatu dan jika saling tidak mengenal maka akan berbeda (berpisah).” (HR. Bukhari Muslim)
Alam kebaikan dihuni oleh ruh-ruh yang soleh. Mereka seperti saling mengenal. Dan mereka akan cenderung saling berkumpul.
Begitu pun dengan alam keburukan. Mereka juga saling mengenal dan akan cenderung saling berkumpul.
Alam kebaikan tidak akan pernah bercampur dengan alam keburukan. Meskipun keduanya berada di dunia yang sama, di lingkungan yang sama.
Karena itu, posisikan diri kita secermat mungkin untuk senantiasa berada di ‘alam’ yang baik. Dan bersabarlah di ‘alam’ baik itu hingga akhir hayat kita. [Mh]