FILATOSOFI. Jangan mencari istilah tersebut dalam kamus, karena tidak akan ada. Ustaz Arafat menulis tentang filosofi di balik permainan lato-lato yang kini tengah digandrungi anak-anak.
Ini adalah istilah yang baru terlintas dalam benak saya, jadi langsung saja dieksekusi menjadi tulisan.
Awalnya, karena belakangan ini sering melihat anak-anak di lingkungan sekitar bermain lato-lato.
Ketika saya renungkan, ternyata banyak pelajaran yang bisa kita petik dari permainan yang tiba-tiba viral tersebut. Oleh karena itu terbentuklah kata filatosofi, yang artinya filosofi lato-lato.
Pertama, permainan ini mengajarkan tentang semangat untuk langsung bertindak. Secara teori sebenarnya pemain lato-lato harus mengerti dulu hukum fisika tentang kekekalan momentum dengan rumus:
m1v1 + m2v2 = m’1v’1 + m’2v’2
m adalah massa dan v adalah kecepatan, sebelum dan sesudah tumbukan lenting sempurna terjadi. Itupun masih harus memperhitungkan panjang tali dan tegangan tali yang merupakan gaya sentripetal.
Tali inilah yang berpengaruh terhadap kecepatan linier bola 1 dan bola 2. Akan lebih baik lagi jika sang pemain juga menguasai ketiga Hukum Newton tentang gerak benda.
Namun kenyataannya, tak ada seorangpun anak yang membebani diri mereka dengan semua rumus tersebut. Cukup langsung bertindak saja.
Ambil mainan itu, sematkan pada jari, dan mulai goyangkan! Demikianlah kehidupan, kadang teori itu membuat kita takut bertindak.
Baca Juga: Lato-Lato Bisa Kurangi Ketergantungan Anak terhadap Gadget
Filatosofi, Filosofi di Balik Lato-lato
Mau menulis buku merasa perlu baca seratus literatur, mau jualan online merasa wajib menyimak seratus tutorial. Akibatnya tidak jadi-jadi jualannya.
Belajar dari lato-lato, langsung saja bertindak! Kita mahir dengan praktik, bukan dengan teori.
Kedua, permainan ini mengajarkan tentang kebersamaan. Sampai detik ini saya belum pernah melihat anak-anak bermain lato-lato dengan satu buah bola!
Tentu saja tak akan berhasil. Butuh dua bola yang bekerja bersama agar permainan ini sukses.
Tak ubahnya hidup ini terkadang ada saja yang akan lebih bermakna jika dikerjakan bersama. Contohnya shalat berjamaah, yang tak akan berhasil jika hanya seorang diri.
Minimal diperlukan dua orang untuk meraih pahala jamaah.
Ketiga, nilai-nilai percaya diri bisa kita lihat dari lato-lato. Betapa permainan dengan harga sangat murah ini, terbukti bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari benda-benda mahal mereka seperti smartphone.
Dengan kata lain, untuk menjadi pemenang dalam kehidupan ini tidak selalu ditentukan oleh faktor modal.
Jangan sampai tidak ada dana menjadi alasan kita untuk tidak berusaha. Apalagi merasa pesimis duluan seolah pasti akan dikalahkan oleh mereka yang bermodal besar.
Keempat, kita belajar untuk menilai orang lain secara seimbang. Karena setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan.
Sama seperti lato-lato, mainan ini punya kekurangan yaitu menimbulkan suara “taktak-taktak” yang mengganggu.
Selain itu talinya rawan putus, sehingga bola yang keras itu bisa terpental dan membahayakan.
Namun di balik kekurangan tersebut, lato-lato juga punya kelebihan bisa mengurangi intensitas anak-anak dengan gadget mereka.
Selain itu, lato-lato terbukti menumbuhkan kembali semangat bersosialisasi. Karena bermain lato-lato itu semakin seru jika bersama teman-teman.
Saya sendiri tidak menyangka bisa mengarang panjang seperti ini hanya mengupas lato-lato, sambil Anda tersenyum-senyum sendiri membacanya.
Hanya mainan inilah yang bisa melato-latokan hati kita berdua.[ind]
Sumber: https://t.me/semangatsubuh