PILIH aku atau ibumu? Dilema ini seringkali dialami oleh pasangan suami istri muda maupun tua yang menjadi konflik berkepanjangan dalam rumah tangga.
Sahabat Muslim, ilustrasi cerita berikut mungkin bisa kamu ambil hikmahnya mengenai permasalahan ini.
Pagi – pagi sekali, Sarah mengetuk pintu rumah ibunya. Ia menggendong anaknya dan membawa satu tas besar di tangan kanannya.
Dari matanya yang sembab dan merah, ibunya sudah tahu Sarah pasti bertengkar lagi dengan Rafi suaminya.
Meski heran, karena biasanya Sarah hanya sebatas menelfon sambil menangis jika bertengkar dengan Rafi.
Ayah Sarah yang juga keheranan, segera menghampiri Sarah dan menanyakan masalahnya. Sarah mulai menceritakan awal pertengkarannya dengan Rafi tadi malam.
Ia kecewa karena Rafi telah membohongi Sarah selama ini. Sarah menemukan buku rekening Rafi terjatuh di dalam mobil.
Sarah baru tahu, Rafi selalu menarik sejumlah uang setiap bulan, di tanggal yang sama.Sementara Sarah tahu, uang yang Sarah terimapun sejumlah uang yang sama.
Berarti sudah 1 tahun lebih, Rafi membagi uangnya, setengah untuk Sarah, setengah untuk yang lain. Jangan – jangan ada wanita lain??
Ayah Sarah hanya menghela nafas, wajah bijaksananya tidak menampakkan rasa kaget ataupun marah.
“Sarah…, yang pertama langkahmu datang ke rumah ayah sudah dilaknat Allah dan para malaikat karena meninggalkan rumah tanpa izin suamimu!” kalimat ayah sontak membuat Sarah kebingungan.
Sarah mengira ia akan mendapat dukungan dari ayahnya.
Baca Juga: Ustazah Syifa Nurfadhilah Beri Tips Agar Suami Istri Saling Memahami
Pilih Aku atau Ibumu?
“Yang kedua, mengenai uang suamimu kamu tidak berhak mengetahuinya. Hakmu hanyalah uang yang diberikan suamimu ke tanganmu. Itupun untuk kebutuhan rumah tangga. Jika kamu membelanjakan uang itu tanpa izin suamimu, meskipun itu untuk sedekah, itu tak boleh,” lanjut ayahnya.
“Sarah.., Rafi menelpon ayah dan mengatakan bahwa sebenarnya uang itu memang diberikan setiap bulan untuk seorang wanita. Rafi tidak menceritakannya padamu, karena kamu tidak suka wanita itu sejak lama.
“Kamu sudah mengenalnya, dan kamu merasa setelah menikah dengan Rafi maka hanya kamulah wanita yang memilikinya”.
“Rafi meminta maaf kepada ayah karena ia hanya berusaha menghindari pertengkaran denganmu. Ayah mengerti karena ayah pun sudah mengenal watakmu,” mata ayah mulai berkaca – kaca.
“Sarah…, kamu harus tahu, setelah kamu menikah, yang wajib kamu taati adalah suamimu. Jika suamimu ridho padamu, maka Allahpun ridho. Sedangkan suamimu, ia wajib taat kepada ibunya.
“Begitulah Allah mengatur laki – laki untuk taat kepada ibunya. Jangan sampai kamu, menjadi penghalang bakti suamimu kepada ibundanya.
“Suamimu, dan harta suamimu milik ayahnya”.
Ayah mengatakan itu dengan tangis. Air matanya semakin banyak membasahi pipinya.
Seorang ibu, melahirkan anaknya dengan susah payah dan kesakitan. Kemudian ia membesarkannya hingga dewasa.
Sampai anak laki – lakinya menikah, ia melepasnya begitu saja. Anak laki – laki itu akan sibuk dengan kehidupan barunya.
Bekerja untuk keluarga barunya.Mengerahkan seluruh hidupnya untuk istri dan anak – anaknya.
Anak laki – laki itu hanya menyisakan sedikit waktu untuk sesekali berjumpa dengan ibunya. 1 bulan sekali, atau bahkan hanya 1 tahun sekali.
“Kamu yang sejak awal menikah tidak suka dengan ibu mertuamu. Kenapa? Karena rumahnya kecil dan sempit? Sehingga kamu merajuk kepada suamimu bahwa kamu tidak bisa tidur di sana.
“Anak – anakmu pun tidak akan betah di sana. Sarah.., mendengar ini ayah sakit sekali.
Baca Juga: Suami Istri Menjauhi Perilaku yang Menghancurkan Keharmonisan
“Lalu, jika kamu saja merasa tidak nyaman tidur di sana. Bagaimana dengan ibu mertuamu yang dibiarkan saja untuk tinggal di sana?”
“Uang itu diberikan untuk ibunya. Rafi ingin ayahnya berhenti berkeliling menjual gorengan. Dari uang itu, ibunda Rafi hanya memakainya secukupnya saja, selebihnya secara rutin dibagikan ke anak – anak yatim dan orang – orang tidak mampu di kampungnya. Bahkan masih cukup untuk menggaji seorang guru ngaji di kampung itu,” lanjut ayah.
Sarah membatin dalam hatinya, uang yang diberikan Rafi sering dikeluhkannya kurang. Karena Sarah butuh banyak pakaian untuk mengantar jemput Rafi sekolah.
Sarah juga sangat menjaga penampilannya untuk merawat wajah dan tubuhnya di spa. Berjalan – jalan setiap minggu. Juga berkumpul sesekali dengan teman-temannya di restoran.
Sarah menyesali sikapnya yang tak ingin dekat – dekat dengan mertuanya yang hanya seorang tukang gorengan.
Tukang gorengan yang berhasil menjadikan Rafi seorang sarjana, mendapatkan pekerjaan yang diidamkan banyak orang.
Berhasil mandiri, hingga Sarah bisa menempati rumah yang nyaman dan mobil yang bisa ia gunakan setiap hari.
“Ayaaah, maafkan Sarah,” tangis sarah meledak. Ibunda Sarah yang sejak tadi duduk di samping Sarah segera memeluk Sarah.
“Sarah, kembalilah ke rumah suamimu. Ia orang baik. Bantulah suamimu berbakti kepada orang tuanya. Bantu suamimu menggapai surganya, dan dengan sendirinya, ketaatanmu kepada suamimu bisa menghantarkanmu ke surga.”
Ibunda Sarah membisikkan kalimat itu ke telinga Sarah.
Sarah hanya menjawabnya dengan anggukan, ia menahan tangisnya. Batinnya sakit, menyesali sikapnya.
Namun Sarah berjanji dalam hatinya, untuk menjadi istri yang taat pada suaminya. Subhanallah.[ind/kisahhikmah]