CINTA suami istri ada pasang surutnya. Yaitu, ketika fase-fase hidup terlalui selama perjalanan bahtera rumah tangga.
Ada tiga pasang surut cinta suami istri. Pasang surut itu biasanya mengikuti tiga fase besar yang akan dilalui suami istri. Yaitu:
Satu, Fase Awal Menikah
Umumnya suami istri berada dalam cinta yang prima saat awal menikah. Makan berdua, tidur berdua, pergi berdua, dan lainnya berdua.
Pernikahan memadukan energi cinta mereka yang tertahan selama bertahun-tahun. Bukan berarti cinta pada masa pacaran. Tapi cinta alami antara pria dan wanita, dan baru tersalurkan setelah menikah.
Inilah suasana pasang yang paling berkesan. Karena itu, mumpung masih dalam suasana prima, suami istri di fase ini harus mengoptimalkan kesempatan sebaik-baiknya.
Misalnya, jangan diselewengkan dengan kasus PIL atau WIL. Jangan pernah berdiskusi tentang poligami. Dan, jangan cerita-cerita tentang drama cinta masa lalu.
Dua, Fase Punya Anak.
Di fase ini ada suasana baru yang belum pernah dialami pada fase awal pengantin baru. Yaitu kehadiran buah hati, anak-anak tercinta.
Memang relatif apakah cinta suami istri terbagi ke anak-anak. Karena cinta suami istri dan cinta ayah ibu ke anak-anak adalah hal yang berbeda.
Namun begitu, setidaknya ada perhatian atau urusan baru yang mau tidak mau akan menyita fokus pikiran dan hati suami istri ke hal anak-anak.
Boleh jadi ada surut di fase ini. Ruang dan waktu untuk romantis pun harus berbagi ke anak-anak.
Untuk membangkitkan cinta suami istri di fase ini, keduanya harus merasakan bahwa fase ini merupakan pembuktian cinta mereka. Bukan sekadar konsukuensi sebuah pernikahan. Apalagi jika bebannya dilepaskan ke pihak istri saja.
Seolah, hanya istri yang wajib sibuk ngurus anak-anak, sementara suami bisa beralih ke sibuk yang lain. Jika keduanya bisa bersinergi, cinta suami istri di fase ini akan bisa terjaga pasangnya.
Tiga, Fase Punya Cucu
Wujud cinta suami istri sebenarnya tidak ada yang berubah. Saat masih muda, atau pun ketika masuk usia tua.
Cuma bedanya, saat usia tua, aksesoris daya tarik cinta kian pudar. Suami tidak segagah dahulu, dan istri pun tidak secantik mudanya.
Namun begitu, siklus hidup itu selalu melingkar. Ketika di awal menikah mereka hanya berdua, dan di saat tua pun akan kembali berdua. Karena anak-anak sudah membangun rumah tangga sendiri.
Di sinilah fase cinta rahmah yang boleh jadi menjadi dominan. Hal ini karena sakinah dan mawaddahnya sudah mulai pudar. Namun begitu, keutuhan cinta masih tetap terjaga. [Mh]