BERGERAK itu sehat, jasmani dan ruhani. Sebaliknya, diam akan berdampak pada sakit. Jasmani dan ruhani.
Alam raya Allah desain untuk selalu bergerak. Tata surya yang selalu bergerak, matahari yang tidak diam, bahkan gunung-gunung pun bergerak.
Allah subhanau wata’ala berfirman, “Dan engkau akan melihat gunung-gunung yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan….” (QS. 27: 88)
Air juga bergerak dari dataran tinggi ke rendah, kemudian dibawa uap dan turun lagi di tempat tinggi. Udara pun bergerak. Dan begitu pula apa yang ada dalam tubuh kita seperti darah dan sel.
Lalu, bagaimana dengan kitanya sebagai manusia? Islam datang untuk membimbing umat manusia khususnya umat Islam juga dalam kaitannya dengan bergerak.
Perhatikanlah dengan ibadah shalat. Hanya orang yang sedang sakit parah yang gerakan shalatnya sangat sedikit.
Namun buat mereka yang sehat, shalat identik dengan bergerak. Hampir semua posisi gerakan tubuh ada dalam shalat. Dan hal itu kita lakukan minimal 17 rakaat dalam sehari semalam.
Bahkan dalam suasana zikir yang seperti diam pun ada pergerakan. Yaitu pergerakan lisan dan jari-jari tangan untuk menghitung bilangan zikir.
Perhatikanlah mereka yang sedikit bergerak. Bentuk fisik menjadi agak aneh: tumbuhnya ke samping, bukan ke atas.
Bergerak akan membakar lemak-lemak dalam tubuh, menyalurkan energi yang masuk melalui serapan dari makanan kepada hasil yang produktif.
Bergerak pula bisa mengeluarkan racun-racun dalam tubuh. Racun-racun keluar melalui cairan keringat dan lainnya.
Begitu pun dengan bergerak dalam arti bekerja dan beramal dalam dakwah. Malas bekerja bukan sekadar mengurangi pemasukan rezeki, tapi juga menjadikan fisik tidak sehat.
Dalam arti bergerak dalam dakwah pun sama. Orang yang bergerak dalam dakwah bukan hanya bisa menyalurkan ilmu dan pahala. Tapi juga bisa mematangkan pemahaman tentang hidup dan ragam manusia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahum ajma’in juga ‘dipaksa’ Allah untuk bergerak. Di Mekah bergerak dengan bayang-bayang bahaya. Di Madinah juga bergerak dengan bayang-bayang yang jauh lebih berbahaya.
Bayangkan, dalam rentang waktu hanya 10 tahun di Madinah semasa Nabi hidup, ada peperangan atau jihad yang jumlahnya sekitar 85, besar dan kecil.
Dengan kata lain, ada 8 atau 9 kali perang selama 1 tahun. Atau bisa dirata-ratakan, hampir setiap bulan terjadi peperangan. Padahal untuk perang besar seperti Badar, Uhud, dan Tabuk; bisa memakan waktu satu setengah bulan. Itu belum termasuk persiapan dan pasca perangnya.
Kita pun dituntut untuk selalu bergerak. Bergerak untuk menuntut ilmu, untuk menjalin persaudaraan, untuk meraih pahala ibadah, berkhidmat pada umat, dan juga untuk mendapatkan nafkah hidup.
Hidup ini memang dirancang untuk bergerak. Hanya orang mati saja yang tidak akan pernah bergerak. Mati dalam arti fisik, dan juga dalam arti jiwa. [Mh]