DEAR Husbands. Jangan sembunyikan istrimu. Jangan remehkan pasanganmu. Jangan malu melihatnya tak sesempurna rekan kerjamu.
Konselor Keluarga Vida Robi’ah Al-Adawiyah menulis artikel berjudul “Dear Husbands” yang isinya mungkin membuat kamu akan sangat baper.
Bahkan, sesama konselor keluarga, Cahyadi Takariawan, pun ikut terharu membacanya. Berikut tulisan selengkapnya.
Dear Husbands. Jangan ‘sembunyikan istrimu’. Jangan remehkan pasanganmu. Jangan malu melihatnya tak sesempurna rekan kerjamu.
Pandanglah dia yang berjibaku menyelesaikan semua urusan anak-anakmu.
Mungkin ia tak terlalu pandai merias diri, mungkin ia sudah lupa berbahasa yang ilmiah dan elegan, karena anak dan rutinitas menggerus ‘kecerdasan’ dan ‘kewarasan’nya.
Pernahkah kau memberinya kesempatan mengasah tajam pikirnya dan luas wawasannya?
Jangan sembunyikan istrimu. Apa kau malu?
Baca Juga: Suami atau Istri Saat Kesepian
Jangan Sembunyikan Istrimu
Mungkin kau tak pernah bisa melihat senyum seksinya dan kemanjaannya karena kau tak pernah mengajaknya ngopi-ngopi di pukul 12 siang seperti para relasi cantik yang wangi.
Sementara di terik matahari, ia, istrimu mengantar bekal makan siang anakmu. Lanjut menjemput pulang putrimu yang satu lagi. Begitu setiap pagi sepanjang usia pernikahanmu.
Dan, kau dapati ia meringkuk di ranjang memeluk lelahnya sendiri, menunggumu di malam sunyi. Kau? Terkapar tidur membelakangi!
Wahai suami! Jangan sembunyikan istrimu. Perlihatkan ia pada semesta. Perkenalkan dia sebagai wanita pendukungmu yang setia. Tanpa doa dan kasih dua wanita, tanpa ibumu dan dia, mungkin kau bukan sesiapa.
Wanita yang kecerewetannya mencoba menyelamatkanmu dari fitnah mata dan dunia.
Wanita yang rela mengubur mimpi dan cita untuk berapa banyak anak yang kau pasrahkan padanya. Wanita yang mungkin terlalu naif dan kau anggap tak tahu dahsyatnya kemodernan dunia kerja.
Jangan sembunyikan istrimu. Kau tinggalkan ia untuk meraih mimpi tinggi, sementara ia tertatih letih tanpa pernah kau pahami cemburunya, tanpa pernah kau sapa jiwanya.
Kau malu menggamitnya ke pesta-pesta? Kau tinggalkan ia dalam rundung ketidakberdayaan, sepi yang tak membelanya.
Kekuatannya hanya bola mata bening pewaris generasi.
Dan, jika memang kau sembunyikan istrimu, semesta akan membantunya mengubur semua duka lara.
Hingga kau menemuinya di suatu senja, seorang wanita penuh cinta yang kau terus menyembunyikannya dari bahagiamu, wanita yang waktu demi waktu menahan tangis dan amarahnya.
Wanitamu, yang perlahan mati rasa.
Ia seumpama gunung es yang tak lagi punya air mata ataupun senyum hangat lagi, ia tak bergeming, mati rasa. Dan saat itu sesalmu tak lagi berguna.[ind]